Di Hungaria, saat Paus Fransiskus singgah sebentar beberapa hari sebelumnya, PM Viktor Orban telah menyerukan sentimen agama dalam politik nasionalis dan antiimigrannya. Orban mengatakan bahwa warisan Kristen terancam lenyap.
“Di sini, syukur kepada Tuhan, kita tidak menemukan orang-orang yang mempersekusi orang Kristen, seperti di banyak bagian dunia lainnya. Namun kesaksian kita dapat diperlemah oleh keduniawian dan sikap biasa-biasa saja. Salib justru menuntut kesaksian yang jernih. Karena salib bukanlah bendera untuk dilambai-lambaikan, tetapi merupakan sumber murni cara hidup yang baru Yang mana? Itulah Injil, itulah Sabda Bahagia. Saksi yang bukan hanya memikul salib di hatinya, dan bukan hanya di lehernya, tidak memandang seorang pun sebagai musuh, tetapi setiap orang sebagai saudara atau saudari yang kepada siapa Yesus berikan hidupnya," paparnya.
Sejumlah partai politik di Eropa, termasuk beberapa kelompok ekstrem kanan, menggunakan salib dalam bendera atau lambang partai mereka.
Di Slovakia, People’s Party-Our Slovakia (Partai Rakyat-Slovakia Kita) yang berhaluan ekstrem kanan menyatakan berdiri atas tiga pilar – Kristen, nasional dan sosial – dan telah bertekad akan menghalangi imigrasi pengungsi yang kebanyakan Muslim.
Di Hungaria, salah satu sekutu pemerintahan Orban, Partai Rakyat Demokrat Kristen yang kecil, menggunakan salib sebagai simbol mereka. Begitu pula Mi Hazank, Partai Tanah Air Kami, partai nasionalis ekstrem kanan, yang menggunakan lambang salib Romawi Timur dengan dua palang horizontal.
Dalam ibadat di Slovakia itu, Paus Fransiskus juga memperingatkan umat Kristen agar tidak menggunakan agama mereka dalam apa yang disebut perang budaya, yang diyakininya merusak kebaikan bersama.
(Susi Susanti)