Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Mistis 5 Makam di Solo Raya, Kuburan Massal PKI hingga Kucing Hitam Paku Buwono

Agregasi Solopos , Jurnalis-Jum'at, 29 Oktober 2021 |17:07 WIB
Kisah Mistis 5 Makam di Solo Raya, Kuburan Massal PKI hingga Kucing Hitam Paku Buwono
makam bayi di tengah jalan/ Okezone
A
A
A

SOLO Kuburan biasanya identik dengan kawasan permakaman yang sunyi dan sepi. Sehingga membuat orang takut lewat sendirian jika tengah malam. Namun, lima makam di Soloraya ini terbilang unik karena berada di tempat yang tak biasa. Kelimanya berada tepi jalan, pertigaan jalan, di rumah maupun di emperan rumah warga.

(Baca juga: Cerita Warga Terkait Tiga Makam Bayi di Tengah Jalan)

Masing-masing makam tersebut menyimpan kisah yang membuat bulu kuduk merinding. Berikut cerita di balik lima makam unik di Soloraya yang dilansir dari Solopos, Jumat (29/10/2021).

1. Makan di Trotoar Solo Baru

Sebuah makam terletak di trotoar jalan utama Solo Baru tak jauh dari bundaran Patung Bung Karno, Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo, diyakini merupakan makam hewan klangenan milik Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) X.

Hewan itu berjenis kucing candramawa. Dimintai tanggapannya mengenai hal tersebut, canggah dalem Paku Buwono X, KRMT L Nuky Mahendranata, membenarkan makam di trotoar Solo Baru tersebut merupakan makam kucing jenis candramawa.

Kucing itu diyakini berwarna hitam dan bernama Nyai Tembong. Menurutnya, kucing itu merupakan salah satu hewan kesayangan Paku Buwono X saat itu. Ceritanya tersebut dikuatkan dengan tulisan yang terdapat pada kijing makam.

“Dulu di kawasan tersebut tempat pemakaman klangenan dalem. Di sebelah patung Bung Karno itu juga dulu sejarahnya tempat memandikan kerbau dan gajah milik Keraton,” ujarnya.

Dia melanjutkan, adanya fakta bahwa dulu kawasan itu merupakan makam klangenan dalem PB X juga dibuktikan dengan banyaknya penemuan kerangka hewan saat warga setempat hendak membangun rumah.

2. Empat Makam Kuno Mangkunegaran

Komunitas anak muda penyuka dan pemerhati sejarah, Solo Societeit, melakukan jelajah ke empat makam kuno di rumah warga di Solo. Makam itu berada di salah satu bangunan di Jl. Sutan Syahrir, dekat dengan Rumah Deret Ketelan.

Dari empat makam tersebut yang diketahui identitasnya hanya satu makam, yakni makam milik Raden Ayu (RA) Supartinah. Dia adalah putri Mangkunegaran.

“Salah satu makam tersebut adalah makam RA Supartinah, putri Mangkunagoro IV. Ya itu kata leluhur Saya. Saya sendiri tidak tahu pastinya, yang jelas memang di salah satu makam terdapat tulisan Supartinah dalam aksara Jawa,” kata pemilik rumah itu, Ny. Sutardi.

Ny. Sutardi menambahkan tidak tahu cerita tiga makam lainnya. “Sedangkan yang lainnya tidak ada [tulisan]. Kemudian setiap kali ruwah, makam sini masih sering didatangi banyak abdi dalem.”

3. Tiga Makam Kecil Tanpa Nama

Selanjutnya adalah makam tiga pusara kecil tak beridentitas di pertigaan jalan kampung RT 003/RW 002 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo. Ternyata makam berusia sekitar 100-an tahun itu milik tiga bayi.

Hingga kini, makam itu masih terawat dan banyak warga yang datang pada malam jumat untuk berziarah.

Menurut Wulastri, warga sekitar makam, tiga bayi yang dimakamkan di pertigaan jalan tersebut meninggal karena tenggelam karena hanyut di sungai. Mereka tidak ditemukan bersamaan.

Tiga bayi itu bernama Nggoro kasih, Den Bagus Kintir, dan Mbok Roro Setu. Sebelum didirikan pusara, makam itu rata dengan tanah. Oleh warga sekitar, tiga makam itu selanjutnya dibangunkan kijing.

Kijing pusara itu dibangun sekitar tahun 1966 oleh warga sekitar. Dengan alasan mengganggu jalan, warga sekitar sempat ingin memindahkan pusara itu, namun batal karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak baik.

4. Makam di Tepi Jl. Sukowati Sragen

Bagi masyarakat yang melintasi simpang empat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Kamis (1/7/2021). Di jalan beton itu sebelumnya berdiri Monumen Generasi Muda Asri yang dibangun di atas makam van Nispen, pemilik pertama PG Mojo Sragen.

Pada era 1980-an, permakaman bong dan kerkhof di Sragen Wetan sudah dipindah. Sebagian makam warga Tionghoa konon dipindah ke makam Gunung Banyak di Katelan, Tangen, Sragen. Terdapat salah satu makam kerkhof yang konon tidak mau dipindah.

Itu adalah makam Willibald Dagobert van Nispen. Lokasi makam itu konon berada tepat di pojokan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan. Pada awalnya, di atas makam itu dibangun Monumen Generasi Muda Asri.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement