NEW YORK - Pakar keamanan siber menyatakan ribuan akun media sosial menawarkan kartu vaksinasi palsu seharga sektar Rp2,8 juta. Pakar keamanan pun berjanji menambahkan catatan vaksinasi palsu ke dalam basis data elektronik.
Kebanyakan warga Amerika Serikat (AS) yang divaksinasi membuktikan telah divaksinasi dengan membawa selembar kertas kecil yang diisi dengan tulisan tangan. Kartu ini berisi nama lengkap seseorang, tanggal lahir, jenis vaksin, jumlah dosis dan nomor batch.
Menurut Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS), catatan itu dirancang untuk menginformasikan, bukan melindungi dari penipuan,
“Kartu itu sendiri diperuntukkan sebagai alat komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan pasien untuk menunjukkan bahwa mereka telah divaksinasi. Bahkan menjadi pengingat untuk menunjukkan jika tiba waktunya, bahwa dosis kedua sudah perlu diberikan,” terang Isaac Bledsoe dari Kantor HHS.
Baca juga: AS Sita 3.000 Kartu Vaksinasi Covid-19 Palsu Asal China
Kartu tersebut masih banyak digunakan sebagai bukti vaksinasi di AS hingga saat ini. Ketika semakin banyak perusahaan yang meminta bukti vaksinasi, pejabat mengungkapkan semakin banyak kartu palsu yang beredar.
“Kami menyaksikan dari awal tahun 2021, ketika kami menerima antara 5-6 keluhan per hari ke sekarang barangkali sekitar 20-25 keluhan per hari melalui hotline terkait kartu vaksinasi palsu,” lanjutnya.
Baca juga: Aturan Baru KAI, Syarat Penumpang Naik KRL hingga Kereta Bandara Wajib Tunjukkan Kartu Vaksin