JAKARTA – Fenomena 'resesi seks' yang tengah melanda China telah menyebabkan penurunan angka kelahiran yang signifikan di negara berpenduduk terbanyak dunia itu. Tercatat angka kelahiran di China berada di tingkat terendah sejak 1978, dengan hanya 8,52 kelahiran per 1.000 orang.
Namun, faktanya, 'resesi seks' tidak hanya dialami China, tetapi juga di beberapa negara lain dan menjadi masalah demografi serius, yang dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan.
BACA JUGA: China Dilanda 'Resesi Seks', Masalah Serius yang Ancam Pertumbuhan Populasi
Resesi seks adalah istilah yang digunakan pada fenomena dimana kaum muda melakukan hubungan seks yang lebih jarang, atau lebih sedikit dibandingkan pada era sebelumnya.
Fenomena ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk pandemi Covid-19 dan perubahan iklim yang menjadi perhatian dalam beberapa waktu belakangan. Faktor-faktor ini membuat orang-orang usia produktif enggan melakukan hubungan seksual, menikah, dan mempunyai anak.
BACA JUGA: Rsesi Seks, Diperburuk Pandemi Covid-19 dan Tren Online
Washington Post dalam sebuah artikel melaporkan bahwa pada 2018 23 % warga usia produktif di Amerika Serikat (AS) tidak melakukan hubungan seksual. Angka itu terus meningkat sejak 2008, saat resesi ekonomi menghantam negara itu, menyebabkan banyak orang kehilangan pekerjaan.
Faktor ekonomi ini juga menyebabkan banyak orang memilih untuk tidak memiliki pasangan atau menunda menikah. Anak muda banyak yang masih tinggal bersama orang tua mereka karena tidak memiliki pekerjaan, yang membuat mereka sulit menemukan pasangan.
Follow Berita Okezone di Google News