3. Wanita tangguh
Berbeda dengan China, selatan kekaisaran Mongol, Neo-Konfusianisme menguraikan aturan ketat untuk perilaku wanita. Seperti harus suci dan patuh, lalu istri pada dasarnya hanya ada untuk melayani suami mereka.
Di Mongolia, wanita tidak memiliki semua itu. Menurut Amonbe, wanita Mongolia itu tangguh. Mereka berpacu dengan kuda, bertarung dalam pertempuran, dan selalu ada ronde khusus wanita dalam kompetisi memanah. Jadi wanita Mongolia pada dasarnya hanya super-ekstra mengagumkan atau ‘badass’.
Wanita Mongolia juga tidak dianggap sebagai ‘piala’ yang harus tunduk kepada suami. Wanita Mongolia diharapkan kuat, garang, dan pekerja keras. Dan ketika budaya menempatkan harapan semacam itu pada wanita, itu cenderung menginformasikan dinamika keluarga. Wanita yang kuat dan garang juga tidak bisa berpuas diri dan tunduk.
4. Bertanggung jawab atas kereta kuda
Di Mongolia pada masa Genghis Khan, para wanita bertanggung jawab atas kereta kuda dan para pria dilarang keras menaikinya, kecuali jika mereka sakit. Itu mungkin lebih berkaitan dengan fakta bahwa pria Mongol seharusnya menjadi penunggang kuda yang hebat, sehingga mereka bisa menjadi pejuang dan penjarah yang hebat. Di sisi lain, dan mengendarai kereta membutuhkan waktu berjam-jam dari latihan berkuda. Kereta kuda adalah wilayah perempuan, bukan laki-laki.