Koloni itu berada di ambang kelaparan total selama beberapa tahun, dan marinir yang dikirim untuk menjaga ketertiban tidak memenuhi tugas itu. Phillip, yang terbukti sebagai pemimpin yang keras tetapi berpikiran adil, bertahan dengan menunjuk narapidana ke posisi tanggung jawab dan pengawasan. Pencambukan dan penggantungan adalah hal yang biasa, tetapi begitu juga egalitarianisme.
Seperti yang dikatakan Phillip sebelum meninggalkan Inggris: "Di negara baru tidak akan ada perbudakan dan karenanya tidak ada budak."
Meskipun Phillip kembali ke Inggris pada tahun 1792, koloni itu menjadi makmur pada pergantian abad ke-19. Merasakan rasa patriotisme yang baru, para pria mulai berkumpul sekitar tanggal 26 Januari dan merayakan hari istimewa itu.
Sejarawan Manning Clarke mencatat bahwa pada 1808 para pria merayakan "ulang tahun berdirinya koloni" dengan "minum dan bersenang-senang."
Pada 1818, 26 Januari menjadi hari libur resmi, menandai peringatan 30 tahun pemukiman Inggris di Australia. Ketika Australia menjadi negara yang berdaulat, tanggal itu menjadi hari libur nasional yang dikenal sebagai Hari Australia. Banyak orang Aborigin Australia menyebutnya "Hari Invasi".
(Susi Susanti)