“Dan selalu ada waktu untuk berhenti dan bergosip, mencoba pakaian satu sama lain dan menata rambut dan kuku satu sama lain,” terangnya.
Sebagai informasi, Noiva do Cordeiro berada di perbukitan dekat Belo Vale, di negara bagian Minas Gerais.
Kota kecil ini diketahui didirikan oleh Maria Senhorinha de Lima yang dikucilkan setelah dia melarikan diri dari pernikahan paksa. Dia juga dicap sebagai pezina pada saat yang sama.
Dia diusir dari kota pada tahun 1891 setelah gereja Katolik mengucilkannya dan lima generasi berikutnya dari keluarganya ketika dia dikurung dengan pelamar lain.
Dijauhi oleh penduduk setempat, dia dan wanita lain yang kemudian tinggal bersama mereka difitnah sebagai wanita lepas dan pelacur, menyebabkan mereka mengisolasi diri dari dunia luar.
Tak lama kemudian, wanita lain yang ditolak oleh masyarakat bergabung dengannya di kota itu.
Pada 1940, seorang pendeta evangelis, Anisio Pereira, mengambil salah satu wanita, berusia 16 tahun, untuk menjadi istrinya dan mendirikan sebuah gereja di komunitas yang berkembang.
Namun, ia terus memberlakukan aturan yang ketat, melarang mereka minum alkohol, mendengarkan musik, memotong rambut atau menggunakan segala jenis kontrasepsi.
Ketika Anisio meninggal pada 1995, para wanita memutuskan untuk tidak pernah lagi membiarkan seorang pria mendikte bagaimana mereka harus hidup. Dan salah satu hal pertama yang mereka lakukan adalah membongkar agama terorganisir yang bias laki-laki yang telah dia dirikan.
(Susi Susanti)