Satu faktor yang paling penting dan sangat menyulut emosi warga Aceh adalah Belanda memerintahkan Aceh untuk tunduk. Petisi ini ditolak dengan tegas oleh Sultan Mahmud Syah.
Pemerintah Belanda sepertinya juga terpancing emosi. Mereka mendeklarasikan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873. Lebih dari 3.000 pasukan Belanda di bawah kendali J.H Kohler melakukan penyerbuan ke tanah Serambi Mekah.
Meskipun sudah melakukan perlawanan sekuat tenaga, akhirnya Aceh harus menyerah kepada Belanda. Sultan Alauddin Muhammad Saud Syah beserta Panglima Polem mendapat serangan dan tekanan yang teramat berat dari Belanda. Keduanya lantas menyerah. Setelahnya, Belanda bisa berkuasa penuh di Aceh.
Perang Padri
Meskipun awalnya terjadi karena adanya pertentangan dalam masalah adat, Perang Padri berubah menjadi perang yang dilakukan untuk mengusir Belanda. Perang Padri dimulai pada 1803 dan berakhir tahun 1838.
Tokoh-tokoh yang terlibat dalam perlawanan dari masyarakat Minangkabau ini adalah Nan Renceh, Tuanku Tambusai, Tuanku Imam Bonjol, dan Tuanku Rao. Tuanku Rao adalah Panglima yang paling gigih dan terkemuka. Ia sangat berambisi melibat tentara Belanda di wilayah Padang Lawas, Kotanopan, Pasaman, dan Padang Sidempuan.