Dirinya menerangkan, ada beberapa situs candi yang ditemukan di Jawa Timur seperti Kediri, Blitar, dipenggal kepala arcanya dan sengaja dijual. "Jadi kayak di beberapa situs di Kediri, Blitar dipenggal, karena yang dijual. Ngikutin gaya Borobudur, kepala Budhha-nya di penggal yang diambil kepalanya saja," katanya.
Faktor berikutnya yang membuat arca kuno kerap kali rusak karena faktor penjarahan juga. Namun para pelaku lebih memilih memotong kepala karena lebih mudah dibawa. Pasalnya ketika harus membawa seluruh bagian arca termasuk badannya tentu membuat lebih sulit.
"Ketika dirusak lebih mudah bawa kepalanya, daripada sebadan-badannya. Di masa Belanda sifatnya menjarah karena dia barang antik dan itu mahal harganya di Eropa barang antik mahal harganya, termasuk di Mesir dijarah, itu dijarah untuk barang-barang antik, diperjualbelikan," paparnya.
Baca juga: Arca Prajnaparamita, Wujud Kecantikan Perempuan Jawa Kuno
Faktor ketiga yang menjadi biang keladi rusaknya arca peninggalan kerajaan kuno terkait dengan agama Islam. Mengingat dalam Islam arca merupakan patung yang dianggap menyerupai makhluk hidup sehingga sengaja kepalanya dihilangkan, agar tidak menyerupai makhluk hidup.
"Ketiga kaitan sama Islam, pengerusakan terhadap bagian muka saja. Supaya dia tidak terlihat hidup, makhluk hidup, jadi ada tiga penyebab," tuturnya.
Baca juga: Kisah Horor Raksasa Penunggu Batu Candi di Situs Srigading, Sering Ganggu Bikin Warga Ketakutan