Yi mengecam pasukan asing, termasuk AS, yang telah mendorong kepemimpinan pulau itu untuk mencari kemerdekaan formal dari China. China percaya pendekatan ini merupakan bagian dari dorongan yang lebih besar oleh Washington untuk menerapkan strategi Indo-Pasifiknya, yang berupaya menahan Beijing dan merusak pembangunan ekonominya.
“Tujuan dari kebijakan AS di kawasan itu adalah untuk “menciptakan NATO versi Indo-Pasifik,” tegasnya.
“ Ini bertentangan dengan keinginan negara-negara regional untuk mencari perdamaian, pembangunan, kerja sama, dan hasil yang saling menguntungkan dan akan menimbulkan bencana yang mengganggu perdamaian dan stabilitas regional,” lanjutnya.
Taiwan, yang mengklaim sebagai wakil sah rakyat China, belakangan ini menjadi sorotan karena serangan militer Rusia di Ukraina. Ada spekulasi bahwa Beijing dapat mengikuti contoh Moskow dan mencoba mengambil alih Taiwan dengan paksa. Beijing menganggap pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya, tetapi tidak memerintahnya selama beberapa dekade sejak pulau itu menjadi benteng terakhir pasukan nasionalis selama perang saudara China.
Berbicara tentang potensi konflik bersenjata di Taiwan pada Kamis (10/3), Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng meramalkan bahwa setelah perang seperti itu, semua orang akan sengsara, bahkan para pemenang perang.
(Susi Susanti)