PBB - China dan Rusia pada Kamis (26/5/2022) memveto inisiatif pimpinan Amerika Serikat (AS) untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Korea Utara atas peluncuran rudal balistik barunya. Langkah Beijing dan Moskow ini memecah Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya sejak mulai menghukum Pyongyang pada 2006.
BACA JUGA:Â Ngeri! Korut Tembakkan Tiga Rudal Balistik saat Biden Tinggalkan Asia
Tiga belas anggota dewan yang tersisa semuanya memberikan suara mendukung rancangan resolusi AS yang mengusulkan pelarangan ekspor tembakau dan minyak ke Korea Utara. Rancangan resolusi itujuga akan memasukkan kelompok peretas Lazarus ke daftar hitam, yang menurut Amerika Serikat terkait dengan Korea Utara.
Pemungutan suara dilakukan sehari setelah Korea Utara menembakkan tiga rudal, termasuk satu yang dianggap sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesarnya, menyusul perjalanan Presiden AS Joe Biden ke Asia. Itu adalah yang terbaru dalam serangkaian peluncuran rudal balistik tahun ini, yang dilarang oleh Dewan Keamanan.
Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menggambarkan pemungutan suara itu sebagai "hari yang mengecewakan" bagi dewan.
"Dunia menghadapi bahaya yang nyata dan sekarang dari DPRK (Korea Utara)," katanya kepada dewan, sebagaimana dilansir Reuters. "Tindakan menahan diri dan diam Dewan belum menghilangkan atau bahkan mengurangi ancaman. Bahkan, DPRK semakin berani."
Dia mengatakan Washington telah menilai bahwa Korea Utara telah melakukan enam peluncuran ICBM tahun ini dan "secara aktif bersiap untuk melakukan uji coba nuklir."
Selama 16 tahun terakhir, Dewan Keamanan dengan mantap, dan dengan suara bulat, meningkatkan sanksi untuk memotong dana bagi program senjata nuklir dan rudal balistik Pyongyang. Ini terakhir memperketat sanksi terhadap Pyongyang pada 2017.