JAKARTA - Tari pernah menjadi "wabah" pada 1518. Wabah tari ini menimpa warga kota Strasbourg, Prancis. Pasalnya, warga kota ini dilaporkan menari tak terkendali selama berhari-hari hingga berujung fatal. Hal ini suatu peristiwa ganjil yang lantas memukau para seniman dan penulis, tulis Rosalind Jana.
Seperti kisah klasik, penyakit dan hal-hal buruh selalu ditandai dengan munculnya fenomena alam.
 BACA JUGA:Balenciaga Jual Celana Dalam Nenek Seharga Rp3 Juta, Tertarik Beli?
Sebuah bintang melesat melintasi langit. Sawah kebanjiran. Udara dingin ekstrem diikuti udara panas ekstrem, yang kemudian, secara tak terhindarkan, diikuti persoalan kelaparan akut.
Suatu hari, bulan Juli 1518, seorang perempuan bernama Frau Troffea melangkah ke alun-alun yang ada di Strasbourg dan mulai menari. Awalnya, orang-orang di sekitarnya hanya menonton.
Namun, rasa ingin tahu mulai terusik oleh tampilan publik yang tak biasa ini. Mereka menyaksikan seorang perempuan tidak mau dan tidak bisa berhenti menari.
Dia menari selama hampir sepekan, terkadang terjerembab lantaran kelelahan, namun tidak gentar oleh peringatan yang disodorkan oleh tubuh, seperti: sakit, lapar, malu.
Tidak ada musik yang mengiringinya, tubuhnya terus bergerak. Orang-orang yang semula menonton tanpa disadari ikut bergabung, menari bersamanya.
Seperti tersirap, mereka tak bisa menjelaskan apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. Mereka menari seolah dipaksa, dengan kaki berlumuran darah, dan tungkai bergetar.
Orang-orang yang menari ini bahkan sampai dipaksa berhenti. Jika tidak, mereka akan terus menari hingga tubuhnya lelah, lalu ambruk, dan meninggal dunia.
Dilansir dari BBC, dalam 400 tahun atau lebih sejak peristiwa aneh ini terjadi, banyak teori yang sudah diajukan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
 BACA JUGA:Berkas Kasus Quotex Doni Salmanan Dinyatakan Lengkap
Tidak lama berselang, dua karya besar yang mengangkat tema seputar wabah tari sedang dirilis, yakni: album Dance Fever karya bintang pop Florence + The Machine, dan The Dance Tree karya penulis terlaris Kiran Millwood Hargrave.
Keduanya menggunakan ide choreomania (sebagaimana fenomena tersebut kemudian dijuluki) untuk menciptakan karya mendalam, merenungkan tentang kekangan dan kegairahan.
Baca Juga: BuddyKu Festival, Generasi Muda Wajib Hadir
Follow Berita Okezone di Google News