“Ini yang menjadi concern PLN agar suplai biomassa berlanjut dari waktu ke waktu,” katanya.
Pihaknya menyebut telah melakukan analisa kelayakan dan keekonomian terhadap potensi kayu yang dinilai kompetitif bila ditanam dan dijual oleh petani. Meski demikian, menurutnya tak kalah kebijakan pemerintah atau mekanisme dukungan yang dibutuhkan untuk menjalankan co-firing dengan biomassa.

Sebagai contoh ia menyebut bagaimana di Jepang dan Korea Selatan, meski tak memiliki sumber biomassa memadai, namun bisa menjalankan program dengan melakukan impor serta didukung oleh kebijakan negara itu.
“Amerika Utara, Brazil dan Australia tidak melakukannya karena dukungan pemerintah tidak memadai. Jadi catatannya bisa berjalan jika ada dukungan kebijakan dan insentif,” tuturnya.
PT PLN (Persero) terus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan porsi energi bersih dan menuju carbon neutral pada 2060 mendatang. Setelah menerapkan langkah co-firing dengan memadukan porsi biomassa pada PLTU yang dimiliki, kini PLN melibatkan peran serta masyarakat untuk agenda transisi energi ini.