Miguel kemudian menganalisis gambar yang dia terima menggunakan perangkat lunak khusus. Dari situ, dia menulis laporan untuk menggambarkan semua objek yang dia amati.
Seorang astronom profesional meninjau laporan tersebut untuk dibandingkan dengan basis data yang mereka memiliki. Apabila astronom memastikan bahwa objek yang ditemukan tergolong baru, maka itu menjadi sebuah 'penemuan awal'.
BACA JUGA:Liga Muslim Dunia Gelar Konferensi Ulama Muslim Asia Tenggara di Kuala Lumpur
Selanjutnya, penemuan awal itu dikirim ke peneliti lainnya yang akan mengamati objek itu melalui teleskop mereka.
Fase ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, tetapi apabila beberapa orang setuju bahwa objek itu merupakan objek baru, maka statusnya kini menjadi 'penemuan sementara'.
Miguel menemukan asteroid baru itu, yang diberi nama 2021GG40, pada April lalu. Pada Desember ini, dia akhirnya menerima sertifikat atas penemuannya yang ditandatangani oleh IASC, NASA, serta Institut Astronomi Universitas Hawaii.
Adapun, NASA mendefinisikan asteroid sebagai benda serupa batu tanpa udara yang tersisa dari pembentukan awal tata surya sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu.
Asteroid mengorbit Matahari seperti planet, tetapi ukurannya jauh lebih kecil. Keberadaan asteroid terkonsentrasi di antara orbit Mars dan Jupiter, wilayah yang kemudian disebut sebagai "sabuk asteroid".
Tetapi, asteroid juga ditemukan di bagian lain tata surya. Asteroid yang dikenal sebagai "Trojan" mengorbit matahari mengikuti jalur yang sama dengan planet-planet tanpa bertabrakan.
BACA JUGA:Tarif Listrik Tak Naik Selama 5 Tahun, Negara Habiskan Rp243 Triliun
Tidak ada asteorid yang berbentuk sama. Ukurannya bisa sangat besar mencapai 530 kilometer, tetapi bisa juga tidak melebihi 10 meter.
Kebanyakan asteroid berupa bebatuan, tetapi ada juga yang mengandung tanah liat atau logam seperti nikel dan besi.
(Nanda Aria)