TOKYO - Mantan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe ditembak pada Jumat (8/7/2022) saat pidato dalam sebuah acara kampanye di wilayah Nara.
Laporan mengatakan dia tidak menunjukkan tanda-tanda vital ketika dia dibawa ke rumah sakit. Berikut fakta-fakta penembakan Abe
1. Ditembak saat pidato
Abe ditembak sekitar pukul 11:30 pagi waktu setempat di Nara. NHK dan kantor berita Kyodo melaporkan, Abe telah menyampaikan pidato di sebuah acara menjelang pemilihan majelis tinggi pada Minggu (10/7/2022) ketika suara tembakan terdengar.
2. Ditembak dari belakang
Beberapa media melaporkan bahwa dia tampaknya ditembak dari belakang, kemungkinan dengan senapan.
Menurut salah satu saksi, seorang wanita muda di tempat kejadian kepada NHK, Abe ditembak seorang pria bersenjata besar dari belakang.
"Dia memberikan pidato dan seorang pria datang dari belakang," terangnya.
"Tembakan pertama terdengar seperti mainan. Dia tidak jatuh dan ada ledakan besar. Tembakan kedua lebih terlihat, Anda bisa melihat percikan dan asap," lanjutnya.
"Setelah tembakan kedua, orang-orang mengelilinginya dan memberinya pijatan jantung,” tambahnya.
3. Pelaku penembakan ditahan
Seorang pria berusia 40-an, diyakini sebagai penembak, telah ditahan polisi.
4. Pingsan dan pendarahan
Seorang sumber dari Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa mengatakan kepada kantor berita Jiji, Abe, 67, pingsan dan mengalami pendarahan di leher. Namun LDP maupun polisi setempat tidak dapat segera mengkonfirmasi laporan tersebut.
5. Alami henti jatung
NHK dan Kyodo sama-sama melaporkan Abe dibawa ke rumah sakit dan tampaknya mengalami henti jantung - istilah yang digunakan di Jepang untuk menunjukkan tidak ada tanda-tanda vital, dan umumnya mendahului sertifikasi formal kematian oleh koroner.
6. Pemerintah bentuk satuan tugas
Pemerintah mengatakan satuan tugas telah dibentuk setelah insiden itu dan juru bicara pemerintah diharapkan berbicara segera.
Abe, perdana menteri terlama di Jepang, menjabat pada 2006 selama satu tahun. Dia kembali menjabat lagi dari 2012 hingga 2020. Dia terpaksa mengundurkan diri karena kondisi usus yang melemahkan kolitis ulserativa.
Jepang diketahui memiliki beberapa undang-undang pengendalian senjata yang paling ketat di dunia, dan kematian tahunan akibat senjata api di negara berpenduduk 125 juta orang itu selalu dalam angka tunggal.
Mendapatkan lisensi senjata adalah proses yang panjang dan rumit bahkan untuk warga negara Jepang, yang harus terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari asosiasi penembakan dan kemudian menjalani pemeriksaan polisi yang ketat.
(Susi Susanti)