NEW YORK – Amerika Serikat (AS) mengatakan Rusia berencana mencaplok lebih banyak wilayah Ukraina menggunakan "buku pedoman" yang mirip dengan pengambilalihan Krimea.
Mengutip intelijen AS, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan Rusia sudah meletakkan dasar untuk aneksasi.
Dia mengatakan wilayah pendudukan Ukraina dapat mengadakan referendum "palsu" untuk bergabung dengan Rusia segera setelah September mendatang.
"Kami ingin menjelaskannya kepada rakyat Amerika," kata Kirby kepada wartawan.
"Tidak ada yang tertipu olehnya. [Presiden Rusia Vladimir Putin] sedang membersihkan buku pedoman dari 2014,” lanjutnya.
Baca juga: Gedung Putih Sambut Ibu Negara Ukraina, Berbagi Kisah Perang hingga Minta Dukungan AS
Dia menuduh Rusia memasang pejabat pro-Rusia yang tidak sah untuk menjalankan wilayah-wilayah pendudukan Ukraina, dengan tujuan menyelenggarakan referendum untuk menjadi bagian dari Rusia.
Baca juga: Kisah Pendeta yang Ditangkap Aparat Rusia karena Kritik Putin
Kirby mengatakan hasil pemungutan suara akan digunakan oleh Rusia untuk mencoba mengklaim pencaplokan wilayah Ukraina yang berdaulat.
Dia "mengekspos" rencana Rusia "sehingga dunia tahu bahwa setiap pencaplokan yang dimaksudkan adalah direncanakan, ilegal dan tidak sah", dan berjanji akan ada tanggapan cepat dari AS dan sekutunya.
Adapun daerah yang ditargetkan untuk aneksasi termasuk Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk dan Luhansk.
Saat ini, Rusia telah menempatkan pejabat regional dan lokalnya sendiri di bagian Ukraina yang didudukinya.
Diketahui, Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 setelah referendum yang secara luas dipandang tidak sah.
Krimea dianeksasi Rusia pada 2014 setelah referendum yang diselenggarakan dengan tergesa-gesa, dianggap ilegal oleh komunitas internasional, di mana para pemilih memilih untuk bergabung dengan Rusia.
Banyak pendukung Kyiv memboikot pemungutan suara dan kampanye itu tidak bebas dan tidak adil.
Pemungutan suara serupa diadakan di bagian lain Ukraina hampir pasti akan melihat situasi yang sama, dengan setiap oposisi untuk bergabung dengan Rusia sebagian besar ditekan.
(Susi Susanti)