Juru bicara TPLF Getachew Reda mengatakan kepada program Newsday BBC bahwa pertempuran sengit masih berlangsung dan rakyat Tigray menderita.
"Kami memiliki orang-orang yang kelaparan karena pengepungan yang dilakukan oleh pihak berwenang di Addis Ababa dan rekan-rekan mereka dalam kejahatan. Kami memiliki orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan," terangnya.
"Akan sangat bodoh bagi kita untuk memulai perang padahal sebenarnya rakyat kita membutuhkan bantuan kemanusiaan,” ujarnya.
Penduduk Kobo, sebuah kota sekitar 25 km (15 mil) dari beberapa pertempuran yang dilaporkan, mengatakan kepada BBC bahwa mereka masih bisa mendengar suara senjata berat.
"Masyarakat bingung dan beberapa melarikan diri ke kota terdekat. Tapi kebanyakan dari mereka bersama pasukan pertahanan federal dan pasukan khusus Amhara untuk menghadapi apa yang akan datang," kata seorang pria.
Perang Tigray pecah di wilayah paling utara Ethiopia pada November 2020 – kemudian menyebar ke selatan hingga wilayah Amhara dan Afar.
Para pejabat AS mengatakan ribuan orang tewas, lebih dari dua juta orang meninggalkan rumah mereka dan sekitar 700.000 orang dibiarkan hidup dalam "kondisi seperti kelaparan".
(Susi Susanti)