Bunga ini hasil inokulasi biji Ralfesia Arnoldi ke dalam tumbuhan inangnya yakni Tetrastigma lanceolarium (Roxb.) Planch. Inangnya ini sendiri merupakan tumbuhan yang didapatkan KRB melalui pertukaran biji dengan salah satu Kebun Raya di Amerika Latin.
"Dan menurut catatan pohon inangnya sendiri sudah ada di KRB sejak tahun 52 berupa biji. Dan pada tahun 53 sudah ditanam di KRB. Jadi inangnya sendiri sudah berumur 69-70 tahun hari ini," ujarnya.
Keberhasilan ini, lanjut Sofi, merupakan salah satu yang baru dalam dunia ilmu pengetahuan. Karena, selama ini Raflesia hanya sangat spesifik tumbuh di Sumatera dan Kalimantan yang sifatnya endemik.
"Kali ini Raflesia Arnoldi lah yang berhasil dimekarkan di KRB," ungkapnya.
Sofi menjelaskan, kondisi bunga Rafflesia Arnoldi di KRB ini memiliki diameter sekitar 30 centimeter dan belum mekar sempurna atau baru sekitar 70-80 persen. Bunga ini memang tidak sebesar di habitat aslinya yang bisa mencapai sekitar 1 meter.
"Tapi mungkin karakternya agak berbeda dengan yang di habitatnya. Kalau di habitatnya mungkin sangat besar bisa 1 meter. Meskipun saat ini sudah jarang sekali ada Rafflesia Arnoldi yang berukuran 1 meter, itu ukurannya sudah turun karena berbagai macam bisa kerusakan hutan, atau faktor-faktor alam lain yang tidak menguntungkan bagi Raflesia Arnoldi. Yang mekar di KRB kemungkinan ukurannya sangat kecil. Tidak seperti yang asli di habitatnya," ujarnya.
Meski begitu, tetap saja mekarnya bunga Rafflesia Arnoldi di luar habitatnya ini tergolong langka. Usia mekarnya pun diperkirakan hanya selama 3-4 hari.
"Tetap ini merupakan satu peristiwa yang memang jarang terjadi. Mungkin baru pertama kali di dunia yang terekam sejak awal. Usia mekarnya mungkin hanya 3-4 hari. Jadi, tidak lama dia tidak memberi waktu saya setelah penantian 16 tahun ini," tutup Sofi.
(Arief Setyadi )