5. Kalung Uncal
Kalung Uncal merupakan regalia yang wajib dipakai oleh seorang ketika ditabalkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara.
Menurut penelitian sejarah, simbol kekuasaan Sultan Kutai Kartanegara ini mempunyai kembaran di India, sehingga diperkirakan terdapat hubungan antara Kerajaan Kutai dengan kerajaan di India.
Salah satu indikasi adanya pengaruh India adalah penyebutan nama Kalung Uncal.
Di India Kalung Uncal disebut dalam bahasa India Kalung "Unchele".
Kemiripan penyebutan ditengarai sebagai salah satu fakta logis bahwa Kalung Uncal yang ada di India memiliki kesamaan dengan Kalung Uncal yang terdapat di Kesultanan Kutai Kartanegara.
Kalung Uncal kini menjadi milik Kesultanan Kutai Kartanegara dan merupakan warisan (peninggalan) sejarah dan budaya.
Oleh karena besarnya nilai sejarah dan budaya yang terkandung dalam Kalung Uncal tersebut, maka regalia ini kini disimpan di Museum Mulawarwan, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Kalung Uncal terbuat dari emas 18 karat, memiliki berat 170 gram, dan berhiaskan ukiran (relief) penggalan cerita Ramayana. Usia kalung ini diperkirakan lebih tua dibandingkan dengan Ketopong (Mahkota Sultan Kutai Kartanegara).
6. Pedang Sultan
Salah satu senjata pusaka milik Kesultanan Kutai Kartanegara adalah Pedang Sultan Kutai.
Sebagaimana yang terjadi pada Mahkota Sultan Kutai, Pedang Sultan Kutai ini juga tidak bisa disaksikan di Kesultanan Kutai Kartanegara karena kini pedang ini tersimpan di Museum Nasional di Jakarta.
Pedang pusaka Sultan Kutai Kartanegara ini terbuat dari emas. Berbagai hiasan tampak jelas terlihat, baik pada gagang maupun sarung pedang.
Pada gagang pedang terlihat hiasan berbentuk harimau dalam posisi siap menerkam.
Harimau merupakan binatang yang terdapat pada lambang Kesultanan Kutai Kartanegara. Sedangkan pada bagian ujung sarung pedang berhiaskan seekor buaya.
7. Keris Bukit Kang
Menurut legenda, Keris Bukit Kang diyakini sebagai tusuk konde Aji Putri Karang Melenu.
Pada awalnya, keris ini belum dipergunakan sebagai tusuk konde karena keris ini berada dalam satu tempat dengan Aji Putri Karang Melenu yang ditemukan berada dalam sebuah gong bersama dengan Keris Bukit Kang dan sebutir telur ayam.
Gong yang membawa Aji Putri Karang Melenu berada di atas sebuah balai bambu kuning.
Balai tersebut berada di atas tanduk seekor binatang yang muncul di perairan Kutai.
Binatang tersebut menyerupai bentuk lembu yang memakai mahkota tetapi bukan raja, mempunyai belalai dan gading tetapi bukan gajah, mempunyai sisik tetapi bukan naga, mempunyai sayap tetapi bukan burung, mempunyai taji tetapi bukan ayam, mukanya menyerupai raksasa tetapi bukan raksasa, dan mempunyai tanduk tetapi bukan sapi.
Binatang ini kemudian disebut Lembu Suana. Pada perkembangannya, Lembu Suana kemudian dipakai sebagai simbol (maskot) Kabupaten Kutai Kartanegara
8. Kura-kura Mas
Kura-kura Mas pada awalnya merupakan benda koleksi dari Kerajaan Kutai.
Namun setelah terjadi perang antara Kerajaan Kutai dengan Kerajaan Kutai Kartanegara pada pertengahan abad ke-17, Kura-kura Mas menjadi milik Kerajaan Kutai Kartanegara sebagai pihak pemenang perang Perang tersebut terjadi ketika Kerajaan Kutai Kartanegara dipimpin oleh Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605-1635 M).
Kura-kura Mas merupakan hadiah persembahan seorang pangeran dari Cina saat akan melakukan pinangan kepada salah seorang putri Kerajaan Kutai yang bernama Aji Bidara Putih.
Kedatangan sang pangeran beserta rombongan beberapa kapal dari Cina untuk meminang sang putri akhirnya diterima.
Sebagai ujud kesungguhan hati sang pangeran untuk memperistri Aji Bidara Putih, maka pangeran menghadiahkan berbagai perhiasan yang terbuat dari emas dan intan, salah satunya adalah Kura-kura Mas.
(Natalia Bulan)