Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Dengan Motif Diskriminasi Rasial, Orang Aborigin Berpotensi 6 Kali Diserang Daripada Non-Pribumi

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 04 November 2022 |11:52 WIB
Dengan Motif Diskriminasi Rasial, Orang Aborigin Berpotensi 6 Kali Diserang Daripada Non-Pribumi
Seorang remaja Aborigin dibunuh di Australia (Foto: 7News)
A
A
A

PERTHKasus pembunuhan seorang remaja Aborigin bernama Cassius Turvey terus menarik perhatian publik. Seperti diketahui, Cassius diserang oleh orang tak dikenal saat pulang sekolah bersama teman-temannya.

Peristiwa ini pun mempertanyakan tentang rasisme yang merajalela di negara itu. Menurut polisi, Cassius yang berusia 15 tahun diserang dengan tiang logam.

Seorang pria kulit putih berusia 21 tahun, Jack Steven James Brearley, telah didakwa membunuh Cassius dan menyerang anak laki-laki lainnya.

Menurut Dr McGlade, anggota Forum Permanen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Isu Adat, semua diserang atau dikejar dalam skenario diskriminatif rasial yang tidak akan terjadi pada anak-anak kulit putih.

Baca juga: Misteri Pembunuhan Bocah Aborigin, Soroti Masalah Rasisme di Australia

"Ini memalukan. Ini benar-benar bencana bagi bangsa bahwa anak-anak kecil bisa dibunuh seperti ini," kata Dr McGlade, dikutip BBC.

Baca juga: Bendera Aborigin Akan Berkibar Secara Permanen di Jembatan Sydney Harbour, Landmark Paling Ikonik di Australia

Orang Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres menderita tingkat kekerasan yang tidak proporsional. Statistik menunjukkan di beberapa bagian negara mereka enam kali lebih mungkin diserang daripada orang non-Pribumi.

"Australia memang memiliki reputasi yang mengejutkan di seluruh dunia untuk jenis kekerasan ini," lanjutnya.

Tetapi pembunuhan itu telah memicu kesedihan dan kemarahan nasional. Ribuan orang berkumpul untuk Cassius di lebih dari dua lusin tempat di seluruh Australia, dengan acara juga diadakan di AS dan Selandia Baru.

Menurut salah seorang ibu, Emily Farmer, bahkan sebelum serangan itu terjadi, komunitas Pribumi takut akan anak-anak mereka. Putranya termasuk di antara mereka yang berjalan pulang bersama Cassius.

"Saya selalu memberi tahu [anak saya]: 'Anda adalah anak laki-laki Pribumi - mereka akan melihat Anda dan memikirkan semua hal buruk ini,'" katanya kepada program National Indigenous Television The Point .

"Saya benci harus menjelaskan itu kepada putra saya pada usia ini,” lanjutnya.

Adapun Perdana Menteri (PM) Anthony Albanese mengatakan serangan itu "jelas" bermotif rasial.

Sementara itu, pemimpin komunitas Noongar menulis dalam sebuah surat terbuka tentang masalah ini.

"Cassius tidak 'di tempat yang salah pada waktu yang salah'. Dia mengenakan seragam sekolahnya dengan teman-temannya di siang hari bolong,” tulisnya.

Bagi banyak orang, peristiwa itu telah membangkitkan ingatan tentang pembunuhan tingkat tinggi terhadap remaja Pribumi lainnya - seperti Elijah Doughty yang berusia 14 tahun.

Enam tahun lalu di kota WA Kalgoorlie, dia ditabrak oleh seorang pria dengan 4x4 yang percaya remaja itu telah mencuri sepeda motor dari rumahnya. Pria itu dibebaskan dari pembunuhan tetapi dihukum karena tuduhan yang lebih rendah - mengemudi dengan berbahaya menyebabkan kematian.

Pengacara hak asasi manusia Hannah McGlade mengatakan ada juga kasus kematian dua Pribumi lainnya. Yakni Louis St John Johnson, 19, pada 1992; Cleon Jackman, 14, pada 1999; dan Thomas 'TJ' Hickey, 17, pada 2004.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement