Selang tiga tahun kemudian dia mengirim lima orang Jerman ke Tibet dalam "operasi pencarian". Ada dua anggota tim tersebut yang kemampuannya menonjol. Pertama adalah Ernst Schafer, seorang pakar zoologi yang pernah ke perbatasan India-China-Tibet sebanyak dua kali.
Schafer bergabung dengan SS sesaat setelah Partai Nazi berjaya di Jerman pada 1933, jauh sebelum Himmler menjadi atasannya dalam ekspedisi ke Tibet.
Orang kedua adalah Bruno Beger, seorang ahli antropologi muda yang bergabung dengan SS pada 1935. Beger berniat mengukur tengkorak dan semua detil pada wajah orang-orang Tibet untuk dibuat sebagai topeng wajah.
Itu dilakukan, kata dia, "khususnya untuk mengoleksi bahan-bahan mengenai proporsi, asal-usul, signifikansi, dan perkembangan ras Nordik di wilayah ini".
Kapal yang membawa kelima orang Jerman itu berlabuh di Kolombo, Sri Lanka, pada awal Mei 1938. Dari sana, mereka menumpang kapal lainnya ke Madras (sekarang Chennai), lantas ke Calcutta (sekarang Kolkata).
Pada akhir tahun, kelima orang Jerman dengan bendera swastika terpampang pada keledai dan koper-koper mereka, masuk Tibet.
Swastika, atau dikenal dengan nama lokal 'yungdrung', adalah lambang yang terlihat di mana-mana di Tibet. Schafer dan rekan-rekannya tentu juga telah melihat simbol itu saat berada di India karena umat Hindu menganggap swastika sebagai lambang kemujuran.