JAKARTA - Masyarakat Tibet di pengasingan menyampaikan kekecewaan karena China menggunakan istilah 'Xizang' untuk menyebut Tibet guna mendapatkan pengakuan global setelah peristiwa gempa bumi yang baru-baru ini melanda wilayah tersebut. Gempa ini menjadi salah satu yang terburuk yang mengguncang wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir, dengan ratusan korban dilaporkan tewas.
Pihak berwenang dan tanggap darurat China segera bekerja di lokasi gempa melakukan aksi penyelamatan dan penyaluran bantuan bagi para korban. Namun, laporan media Negeri Tirai Bambu mengenai gempa dan tindakan pemerintah China terkait gempa tersebut mendapat sorotan, terutama dari warga Tibet di pengasingan.
Sorotan tersebut berkaitan dengan pengggunaan nama "Xizang" untuk menyebut wilayah otonomi Tibet.
Menurut laporan di South China Morning Post (SCMP), “Xizang” adalah pinyin, atau romanisasi bahasa Mandarin, dari aksara Mandarin untuk “Tibet”.
Orang-orang Tibet di pengasingan meyakini bahwa China dan beberapa media menggunakan peristiwa berkabung pascagempa untuk perlahan-lahan menghapus nama Tibet.
“Sangat menyedihkan melihat tidak hanya China tetapi juga beberapa media China yang dibayar dan juga beberapa media besar di dunia menggunakan Xizang sebagai pengganti nama Tibet,” kata Tenzin Phakdon, seorang aktivis dari Students for a Free Tibet kepada kantor berita ANI.
“Kami sangat sedih melihat hilangnya lebih dari 128 nyawa saudara-saudari saya di Tibet akibat gempa bumi baru-baru ini, tetapi kemudian China dan beberapa media lain menggunakan peristiwa menyedihkan ini untuk mengecilkan nama Tibet itu sendiri karena itu bukan hanya China, tetapi juga beberapa media lain,” sambungnya, dikutip dari Tribune India, Minggu (12/1/2025).
“Jadi kami pasti akan menangani semua media itu dan kami juga telah menghubungi beberapa media, untuk tidak menggunakan Xizang dan menggunakan kata Tibet. Kami sangat khawatir, di PBB mereka menggunakan Xinjiang alih-alih Uyghur dan Turkistan Timur, jadi kami khawatir bahwa dalam 10 tahun atau 20 tahun ke depan, itu mungkin terjadi juga pada orang Tibet, jadi itulah sebabnya kami telah bekerja sangat keras untuk memberi tahu semua orang di tingkat akar rumput bahwa itu adalah Tibet dan bukan Xizang,” ungkap Phakdon.