JAKARTA - Lebih dari 250 tahun sebelum pandemi virus corona, virus mematikan lainnya, cacar, telah menyapu habis Eropa.
Wabah penyakit menular ini melahirkan pengembangan vaksin pertama, sebuah tonggak penting di bidang medis yang disematkan kepada dokter asal Gloucetershire, Edward Jenner.
BACA JUGA:Gempa Cianjur, Wapres: Rumah Rusak Kecil Diberi Rp25 Juta yang Berat Rp50 Juta
Tapi, tatkala Jenner menjadi kaya dan termasyhur karena penemuannya, teknik ini telah dirintis lebih dari dua dekade sebelumnya oleh seorang peternak sapi perah asal Dorset, Inggris, yang status sosialnya membuatnya tak pernah menerima pengakuan sepantasnya.
Beranjak ke tahun 1985, ketika ahli mikrobiologi Patrick Pead, yang tengah berlibur di Dorset, mengambil buku kecil berjudul Benjamin Jesty: The First Vaccinator di sebuah toko di Desa Worth Matravers.
"Saya pikir, 'Itu tidak benar, (yang mengembangkan vaksin pertama) itu adalah Edward Jenner'," ujar Pead dilansir dari BBC, Kamis (24/11/2022).
"Kami pergi ke halaman gereja dan melihat batu nisannya dan hari itu telah mengubah hidup saya."
Pada tahun-tahun berikutnya, Pead menjadi layaknya seorang detektif, mengumpulkan sedikit demi sedikit informasi tentang sosok Jesty.
Dia berusaha melacak bukti-bukti baru, termasuk satu-satunya lukisan potret diri sang peternak yang diyakini hilang selama lebih dari seabad, namun dapat ditemukan di wilayah lain di dunia.
Kisah Jesty dimulai pada 1774, ketika peternak dari Yetminster ini sengaja menginfeksi keluarganya dengan cacar sapi sebagai upaya melindungi mereka dari virus cacar (smallpox) yang mematikan.