Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pasukan Gajah Mada Gemetaran saat Mendapatkan Serangan Gaib dari Suku Dayak

Destriana Indria Pamungkas , Jurnalis-Senin, 12 Desember 2022 |09:03 WIB
Kisah Pasukan Gajah Mada Gemetaran saat Mendapatkan Serangan Gaib dari Suku Dayak
Ilustrasi (Foto: Istimewa)
A
A
A

Peristiwa yang terjadi di antara tahun 1340-1360 Masehi ini dimulai saat pasukan Gajah Mada tiba di pelabuhan Pontianak. Kala itu, seorang prajurit dari Kerajaan Bahanapura mengetahui hal tersebut lalu pergi melapor pada sang raja.
 
Tak menunggu waktu lama, Patih Gumatar langsung meminta para pasukannya untuk berkumpul dan melakukan ritual mangkok merah yang nantinya akan diedarkan ke para kepala Suku Dayak, seperti Kanayan, Bakati, Rara, dan Manyadu.
 
Mangkok merah sendiri merupakan kode yang menandakan adanya bahaya yang mengancam tatanan sosial Suku Dayak. Mangkok merah terbuat dari beberapa benda, yakni mangkok, darah ayam, abu, daun kajang, batang korek api, dan bulu ayam.
 
Setelah itu, para penghuni Suku Dayak bersatu untuk memperkuat pertahanan pasukan Kerajaan Bahanapura. Selain menyerang dengan kekuatan prajurit manusia asli, mereka juga menyerang pasukan Gajah Mada dengan serangan gaib yang muncul dari balik hutan.
 
Pasukan gaib tersebut terdiri dari Kamang Tariu dan Kamang Layu yang merupakan arwah dari para leluhur yang ikut berperang. Tugas Kamang Tariu sendiri adalah untuk merasuki prajurit Dayak agar lebih berani dan kuat dalam bertempur.
 
Sedangkan Kamang Layu bertugas untuk merasuki pasukan lawan agar menjadi lemas dan gemetaran karena kehilangan nyali bertarung.
 
Melihat pasukannya loyo, Gajah Mada lalu mengatakan keinginannya untuk dipertemukan dengan Raja Bahanapura dengan tujuan untuk mencari sekutu, bukan menjadi lawan. Rupanya, Patih Gumatar mengizinkan Gajah Mada untuk menemuinya.
 
Dalam perbincangannya, Gajah Mada memberi tahu Patih Gumatar akan kedatangan kekaisaran Mongil yang bisa mengancam Nusantara. Karena itulah Gajah Mada datang untuk menghimpun seluruh kerajaan demi menciptakan pertahanan yang lebih kuat.
 
Setelah diskusi yang panjang, Gajah Mada dan Patih Gumatar sepakat untuk bersekutu melawan pasukan Mongol.
 
Demikian kisah pasukan Gajah Mada gemetaran saat mendapatkan serangan gaib dari suku dayak.
 

Peristiwa yang terjadi di antara tahun 1340-1360 Masehi ini dimulai saat pasukan Gajah Mada tiba di pelabuhan Pontianak. Kala itu, seorang prajurit dari Kerajaan Bahanapura mengetahui hal tersebut lalu pergi melapor pada sang raja.
 
Tak menunggu waktu lama, Patih Gumatar langsung meminta para pasukannya untuk berkumpul dan melakukan ritual mangkok merah yang nantinya akan diedarkan ke para kepala Suku Dayak, seperti Kanayan, Bakati, Rara, dan Manyadu.
Mangkok merah sendiri merupakan kode yang menandakan adanya bahaya yang mengancam tatanan sosial Suku Dayak. Mangkok merah terbuat dari beberapa benda, yakni mangkok, darah ayam, abu, daun kajang, batang korek api, dan bulu ayam.
 
Setelah itu, para penghuni Suku Dayak bersatu untuk memperkuat pertahanan pasukan Kerajaan Bahanapura. Selain menyerang dengan kekuatan prajurit manusia asli, mereka juga menyerang pasukan Gajah Mada dengan serangan gaib yang muncul dari balik hutan.

Pasukan gaib tersebut terdiri dari Kamang Tariu dan Kamang Layu yang merupakan arwah dari para leluhur yang ikut berperang. Tugas Kamang Tariu sendiri adalah untuk merasuki prajurit Dayak agar lebih berani dan kuat dalam bertempur.
 
Sedangkan Kamang Layu bertugas untuk merasuki pasukan lawan agar menjadi lemas dan gemetaran karena kehilangan nyali bertarung.

Melihat pasukannya loyo, Gajah Mada lalu mengatakan keinginannya untuk dipertemukan dengan Raja Bahanapura dengan tujuan untuk mencari sekutu, bukan menjadi lawan. Rupanya, Patih Gumatar mengizinkan Gajah Mada untuk menemuinya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement