PRANCIS - Prancis dan Spanyol telah mengumumkan pengujian Covid pada pengunjung dari China, menyusul keputusan serupa di Italia.
Pemerintah Prancis mengatakan penumpang yang terbang dari China ke Prancis harus menunjukkan tes Covid negatif kurang dari 48 jam sebelum berangkat.
Kedatangan pelancong asal China di Spanyol dapat melewati tes jika mereka divaksinasi penuh - dan Spanyol menerima beberapa vaksin China.
BACA JUGA: Covid Melonjak, WHO: China Harus Berbagi Data Pasti Jumlah Pasien Rawat Inap, ICU hingga Kematian
Beijing diketahui akan sepenuhnya membuka kembali perbatasannya minggu depan untuk pertama kalinya sejak Maret 2020.
BACA JUGA: Buka Perbatasan, China: Negara Barat dan Media Membesar-besarkan Situasi Kebijakan Covid
Lonjakan Covid saat ini telah menyebabkan kewaspadaan, dengan laporan rumah sakit yang terisi dan gelombang penyakit.
Inggris, Korea Selatan, dan Israel juga mengumumkan aturan pengujian baru pada Jumat (30/12/2022). Sedangkan AS dan India telah memberlakukan pembatasan.
"Di tingkat nasional, kami akan menerapkan kontrol di bandara dan mewajibkan pelancong dari China untuk menunjukkan tes Covid negatif atau divaksinasi penuh," kata Menteri Kesehatan Spanyol Carolina Darias, dikutip BBC.
Baik Prancis maupun Spanyol tidak menentukan kapan tindakan itu akan mulai berlaku.
Namun, kementerian kesehatan dan transportasi Prancis mengatakan pemerintah akan menerbitkan keputusan dan memberi tahu negara-negara anggota Uni Eropa (UE).
Pada Kamis (29/12/2022), badan pencegahan penyakit UE mengatakan tindakan seperti itu tidak dibenarkan di Eropa, karena tingkat kekebalan dan fakta bahwa varian yang menyebar di China sudah ada di benua itu.
Perdana Menteri (PM) Korea Selatan (Korsel) Han Duck-soo mengatakan bahwa para pelancong dari China harus memiliki tes PCR atau antigen negatif sebelum menaiki penerbangan ke Korea Selatan.
Mereka juga perlu menjalani tes PCR pada hari pertama kedatangan mereka di Korea Selatan.
Sementara itu, Israel telah memerintahkan maskapai penerbangan asing untuk tidak mengizinkan orang melakukan perjalanan dari China kecuali mereka dinyatakan negatif - dan meminta warganya sendiri untuk menghindari perjalanan yang tidak perlu ke sana.
Meski sudah banyak negara yang memberlakukan pembatasan ketat, namun tidak semua negara telah mengumumkan pembatasan baru untuk pelancong asal China. Jerman telah bergabung dengan Australia, Prancis, dan Portugal dengan mengatakan belum akan ada aturan baru.
Namun, menteri kesehatan Jerman mengatakan negara itu sedang mencari sistem terkoordinasi untuk memantau varian di seluruh bandara Eropa.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan "dapat dimengerti" bahwa beberapa negara telah memutuskan untuk memberlakukan pembatasan dan mendesak Beijing untuk lebih terbuka tentang angka Covid-nya.
Sementara itu, kementerian luar negeri China mengatakan awal pekan ini bahwa "situasi epidemi" secara keseluruhan "dapat diprediksi dan terkendali".
Tetapi jumlah sebenarnya dari kasus harian dan kematian di China tidak diketahui karena para pejabat telah berhenti meminta kasus dilaporkan, dan mengubah klasifikasi untuk kematian akibat Covid.
Seperti diketahui, keputusan China minggu ini untuk membuka kembali perbatasannya pada 8 Januari lalu menandai tahap terakhir dari kebijakan nol-Covid yang kontroversial di negara itu, yang secara pribadi didukung oleh Presiden Xi Jinping.
Saat seluruh dunia beralih untuk hidup dengan virus, Beijing mempertahankan kebijakan pemberantasan yang melibatkan pengujian massal dan penguncian yang ketat.
Pada November lalu, rasa frustrasi tumpah ke jalan-jalan dalam protes yang jarang terjadi terhadap Xi dan pemerintahannya. Seminggu kemudian, Beijing mulai membatalkan pembatasan.
(Susi Susanti)