Tiga bulan berikutnya terjadi dialog antara pemimpin dan tukang cukur.
“Bagaimana suksesi, sudah ada penggantinya belum?” tanya tukang cukur.
Terus mendapatkan pertanyaan yang sama, si presiden akhirnya naik pitam.
“Kamu ini bagaimana sih selalu tanya soal pengganti saya. Kamu tidak suka dengan saya tetap menjadi pemimpin ya?” si presiden balik bertanya dengan nada tinggi.
Dengan tenang tukang cukur itu pun menjawab.
“Bukan begitu pak, kalau saya tanya bapak sudah ada penggantinya atau belum, bulu kuduk bapak berdiri. Jadi saya gampang motongnya,” ungkapnya.
(Rahman Asmardika)