LONDON - Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair telah mengklaim bahwa invasi pimpinan Amerika Serikat (AS) ke Irak lebih dibenarkan daripada operasi militer Rusia yang sedang berlangsung di Ukraina, meskipun semua klaim yang digunakan untuk melancarkan perang tersebut terbukti salah.
Berbicara kepada DPA Jerman dan dua kantor berita Eropa lainnya pada Jumat,(17/3/2023), Blair menyatakan bahwa invasi – yang melibatkan 46.000 tentara Inggris itu – adalah tanggapan yang sah atas penindasan domestik Saddam Hussein dan penggunaan senjata kimianya terhadap Kurdi.
“Setidaknya Anda bisa mengatakan bahwa kami menghapus seorang despot (Saddam) dan mencoba memperkenalkan demokrasi,” kata Blair sebagaimana dilansir RT.
Invasi dan pendudukan berikutnya di Irak akhirnya menyebabkan kematian hingga 210.000 warga sipil, menurut proyek Iraq Body Count. Perang tersebut juga menyebabkan Irak terjerumus ke dalam ketidakstabilan, dan menjadi tempat berkembang biak bagi jihadisme, dan sebagian besar wilayah utara Irak jatuh di bawah kendali teroris Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS) setelah penarikan AS pada 2011.
Saddam Hussein tidak ada hubungannya dengan serangan 9/11, dan klaim AS dan Inggris bahwa dia menyimpan senjata pemusnah massal adalah palsu dan terbukti tidak benar. Sebelum invasi, Blair secara keliru menyatakan bahwa Irak memiliki senjata-senjata ini, dan berupaya memperoleh senjata nuklir.
Follow Berita Okezone di Google News