KABUPATEN Bojonegoro di Jawa Timur ini memiliki keterkaitan dengan Kerajaan Mataram Islam ketika masa pemerintahan Hindia Belanda. Kabupaten yang berbatasan langsung dengan Jawa Tengah ini memiliki asal-usul unik dari sisi penamaan Bojonegoro yang diawali peperangan.
Nama Bojonegoro ini tidak datang begitu saja. Sebelum menjadi sebuah wilayah berdikari di zaman pemerintah kolonial Hindia Belanda, ada tiga kabupaten yang berada di sekitar Bojonegoro saat itu. Tiga kabupaten itu adalah Kabupaten Mojoranu dengan ibu kota Dander, dan bupatinya bernama RT Sosrodiningrat, Kabupaten Pasangan dengan ibu kota Ngasinan dan bupatinya bernama RT Prawidigdo, dan Kabupaten Baureno berpusat di Kauman, dengan bupati bernama RT Honggowikromo.
Disadur dari "Bunga Rampai Sejarah Bojonegoro", ketiga kabupaten itu diketuai RT Ronggo Bupati Madiun yang mewakili Kerajaan Mataram. Pemerintah Belanda konon ingin tiga kabupaten itu melebur menjadi satu kabupaten baru.
Belanda pun mengundang tiga bupati diajak bertemu di Padangan. Pertemuan tersebut berlangsung pada 1826, akan tetapi RT Sosrodiningrat Bupati Mojoranu tidak suka. Ia memilih tidak hadir agar tidak dapat menyetujui penggabungan wilayah itu.
Sang bupati mengemukakan ketidakhadirannya karena ada urusan ke Desa Cabean, Rejoso, Nganjuk. Selama itu kabupatennya diserahkan kepada Patih Demang R Soemodirdjo, serta putra-putranya. sementara R M Suratin masih mengaji di Desa Ngitik.
Belanda yang mengetahui usaha penolakan itu akhirnya mendirikan kota tandingan bernama Rajekwesi, dan menempatkan mata-mata di sana. Rajekwesi akhirnya ditetapkan menjadi kabupaten dengan Bupati Rajekwesi ditunjuk Belanda yakni Poerwonegoro, yang juga menjadi Bupati Probolinggo. Kabupaten Rajekwesi itu berkedudukan di Ngumpakdalem.
Belanda akhirnya mengganti Poerwonegoro karena tidak sesuai yang diharapkan dan menempatkan R T Djojonegoro sebegai Bupati Rajekwesi. RT Djojonegoro inilah yang kerap mendapatkan bantuan pemerintah Belanda dalam menjalankan pemerintahannya. Sementara Bupati Mojoranu Sosrodiningrat mengadakan hubungan dengan Mataram.
Suatu ketika anak Bupati Mojoranu ditangkap oleh Djojonegoro dan dimasukkan ke penjara Rajekwesi. Mataram akhirnya mengirimkan bala bantuan pasukan sebanyak 40 orang untuk bertemu Sosrodiningrat, lalu menyerang Rajekwesi.
Namun, peperangan itu berakhir dengan kemenangan pasukan Rajekwesi. Sebanyak 40 pasukan Mataram ditahan, sedangkan Patih Demang Soemodirdjo, gugur dan dimakamkan di Desa Bendo, Kapas. Selama ditahan di penjara 40 pasukan Mataram bertemu RM Suratin anak Bupati Mojoranu yang telah ditangkap sebelumnya.
Follow Berita Okezone di Google News