Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

3 Kasus Penyanderaan Fenomenal di Dunia, Atlet Israel Jadi Korban

Tim Litbang MPI , Jurnalis-Sabtu, 08 April 2023 |03:42 WIB
3 Kasus Penyanderaan Fenomenal di Dunia, Atlet Israel Jadi Korban
Tiga kasus penyanderaan fenomenal di dunia. (Ilusrasi/Freepik)
A
A
A

BEBERAPA peristiwa penyanderaan fenomenal pernah terjadi di berbagai negara dan menyita perhatian dunia. Kejadian cukup baru adalah ketika para turis Hong Kong disandera seorang mantan polisi di Manila, Filipina, yang menyebabkan 2 orang turis tewas ditembak.

Berikut adalah 3 peristiwa penyanderaan fenomenal di dunia, sebagaimana dihimpun pada Sabtu (8/4/2023) :

1. Olimpiade Munich 1972

Olimpiade musim panas yang berlangsung di Munich, Jerman pada tahun 1972 merupakan perhelatan olimpiade terburuk sepanjang sejarah. Sebab, terjadi penyanderaan dan pembunuhan kepada 11 atlet Israel yang bertanding dalam olimpiade.

Melansir laman Sindonews, peristiwa itu terjadi pada 5 September 1972 sekitar pukul 04.30. Sekitar 8 milisi Palestina dan Black September yang merupakan bagian dari kelompok Fatah memanjat pagar tempat menginap para atlet. Para pelaku menyamar sebagai atlet dan bisa masuk dengan menggunakan kunci curian.

Saat tiba di apartemen 1 yang dihuni atlet Israel, pelaku ditahan oleh wasit gulat Yosse Gutfreund dan seorang pelatih gulat bernama Moshe Weinberg. Usai berkelahi, Weinberg terkena tembakan dan memaksanya harus memimpin teroris melewati apartemen 2 yang juga diisi oleh atlet Israel dan mengumpulkan para sandera.

Ketika tiba di apartemen 3, sandera yang dikumpulkan lebih banyak lagi. Saat perlawanan kembali dilakukan, Weinberg tewas tertembak. Peristiwa kelam itu juga menewaskan atlet angkat besi, Yossef Romano, yang mencoba mengambil senjata dari pelaku. Sudah ada 2 orang yang tewas, pelaku lantas menyandera 9 orang di apartemen itu.

Diketahui, serangan dilakukan karena pelaku menuntut pembebasan lebih dari 200 warga Palestina yang menjadi tahanan di penjara Israel. Mereka juga menuntut disediakannya pesawat untuk mengantarkan ke tempat yang aman di wilayah Timur Tengah.

Setelah melakukan negosiasi panjang, para sandera dibawa ke dalam bus yang kemudian akan menuju ke sebuah helikopter. Dengan keadaan mata tertutup dan tangan terikat, sandera berjalan beriringan. Sayangnya, rencana penyelamatan oleh polisi Jerman kurang berlangsung mulus. Sehingga, baku tembak antara polisi dan teroris tak dapat dihindari.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement