Burhan menuduh Perthes tahun lalu "melebihi mandat misi PBB dan campur tangan terang-terangan dalam urusan Sudan." Dia mengancam akan mengusirnya dari negara itu.
Pertempuran yang sedang berlangsung pecah pada pertengahan April antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat yang kuat, yang dipimpin oleh Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo. Baik Burhan maupun Dagalo memimpin kudeta pada 2021 yang menggulingkan pemerintahan Perdana Menteri Abdalla Hamdok yang didukung barat.
Pertempuran berpusat di ibu kota Khartoum, yang diubah menjadi medan pertempuran bersama dengan kota kembarnya Omdurman. Bentrokan juga menyebar ke tempat lain di negara itu, termasuk wilayah Darfur yang dilanda perang.
Konflik tersebut telah menewaskan ratusan orang, dan melukai ribuan lainnya, dan mendorong negara itu hampir runtuh. Itu memaksa lebih dari 1,3 juta orang keluar dari rumah mereka ke daerah yang lebih aman di dalam Sudan, atau ke negara tetangga.
Kedua pihak yang bertikai telah menyepakati gencatan senjata selama seminggu, yang ditengahi oleh Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi. Namun, gencatan senjata, yang dijadwalkan berakhir Senin, (29/5/2023) malam, tidak menghentikan pertempuran di beberapa bagian Khartoum dan tempat lain di kabupaten itu.