JAKARTA- Kisah Bung Karno yang melarang masyarakat Indonesia untuk bergaya seperti The Beatles akan diulas disini. Hal ini dikarenakan fenomena The Beatles yang mendunia ini kemudian juga turut masuk ke Indonesia saat masa Demokrasi Terpimpin Presiden Soekarno.
Sayangnya, fenomena Beatlemania, yakni sebutan untuk penggemar The Beatles tidak disambut baik oleh Presiden Soekarno.
Hal ini berawal pada tahun 1950 an dimana di radio, masyarakat lebih banyak meminta untuk di putarkan lagu-lagu barat seperti Elvis Presley, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan sebagainya.
Pada peringatan hari kemerdekaan Indonesia ke-14, Soekarno secara terbuka menyatakan pandangan sinisnya terhadap budaya barat. Pada pidatonya di tanggal 17 Agustus 1959, Bung Karno secara tegas menyatakan bahwa budaya barat adalah budaya kontra revolusioner yang tidak akan dapat membuat generasi muda Indonesia menjadi seorang yang nasionalis.
Namun tidak lama setelah itu, The Rolling Stones dan The Beatles mulai masuk ke Indonesia yang membuat popularitas musik barat semakin tak terbendung. Oleh karenanya, Soekarno dan pemerintah mulai was-was dengan tergerusnya budaya nasional.
Menyadari hal tersebut, pemerintah dibantu dengan berbagai tokoh nasional kala itu menggagas pelarangan musik barat yang disebut dengan "ngak ngik ngok" secara nasional.
Menindaklanjuti pelarangan tersebut, aparat mulai melakukan razia dan penyitaan terhadap ratusan piringan hitam karya The Beatles dan musisi barat lainnya. Para penjual piringan hitam juga diminta secara paksa untuk menyerahkan semua piringan hitam dalam jangka waktu paling lambat adalah bulan Juli 1965.
Tidak berhenti sampai disitu, pemerintah juga melakukan razia pada setiap masyarakat yang bergaya ala barat. Musisi-musisi yang memiliki gaya mirip dengan The Beatles kemudian ditangkap dan dimasukan ke dalam penjara.
Para muda-mudi yang memiliki gaya rambut sasak layaknya The Beatles juga turut dalam razia. Razia rambut ini kerap dilakukan di depan bioskop dimana para pemuda mudah ditemui. Setiap muda-mudi yang kedapatan memiliki gaya rambut sasak akan langsung menerima hukuman pengguntingan di tempat.
Kemudian dalam hal berpakaian, pemerintah juga memberlakukan larangan pada busana kebarat-baratan. Setiap orang yang memakai celana ketat ataupun cutbray layaknya artis barat, maka celananya akan langsung dipotong hingga paha.
Fenomena The Beatles di Indonesia pada masa itu sangat mirip dengan fenomena KPOP ataupun budaya Jepang yang marak saat ini. Beruntung di era saat ini, setiap orang bebas mengekspresikan minatnya tanpa ada larangan yang sedemikian keras dari pemerintah.
(RIN)
(Rani Hardjanti)