Ternyata cara itu berhasil. Tak hanya menahan Ganjar untuk sarapan, warga bahkan bisa ngobrol lama dengannya dan menyampaikan uneg-unegnya. Akhirnya, Ganjar tertahan di desa itu sampai pukul 08.00 WIB.
"Soalnya nggak pernah ada pejabat yang mau datang ke desa kami, bahkan sampai menginap, makanya kami mau memberikan yang terbaik buat Pak Ganjar. Ini tadi bangun jam 3 pagi, masakin sarapan Pak Ganjar biar bisa sarapan bareng," kata Ida.
BACA JUGA:
Siti tak sendirian, ibu-ibu lain di desa Tanjunganom itu juga mengatakan hal yang sama. Mereka sangat senang didatangi Ganjar dan tak rela Ganjar cepat pergi dari desanya.
BACA JUGA:
"Kapan lagi bisa masak buat Pak Ganjar, jadi ini rame-rame masak biar Pak Ganjar mau sarapan bareng. Kan jadinya bisa lebih lama di sini," kata Ida.
Makanan yang dibawa warga itu beraneka ragam. Ada lele mangut, mie goreng, gudangan, acar, tempe goreng dan aneka lauk khas desa lainnya. Semua makanan disajikan di atas daun jati dan daun pisang, dihidangkan di atas tikar dengan cara lesehan.
"Iya, harusnya saya jam 06.00 ke pendopo Kabupaten Pati, karena di sana sudah ditunggu untuk acara, tapi ini warga minta sarapan bareng sambil ngobrol. Saya senang, karena biasanya kalau dengan ngobrol santai seperti ini, semua uneg-uneg masyarakat bisa keluar semua. Kita coba dengarkan dan carikan solusi," kata Ganjar.
Ganjar begitu senang dengan sambutan yang begitu hangat dari masyarakat Pati untuknya. Saat pamitan pun, Ganjar tetap ditarik-tarik seolah warga tak rela ditinggalkan.
Ia juga menyempatkan pamit sebagai Gubernur Jawa Tengah. Sebab, padal 5 September 2023, ia sudah selesai menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.
"Kulo pamit nggih bapak ibu. Mohon maaf kalau selama ini saya ada salah. Saya doakan panjenengan semua sehat. Terimakasih sudah menerima saya di sini, semoga silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik," ucap Ganjar.
(Fakhrizal Fakhri )