Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Thaksin Shinawatra, Mantan PM Thailand yang Dipenjara Usai 15 Tahun di Pengasingan

Assyifa Eka Putri , Jurnalis-Jum'at, 25 Agustus 2023 |17:00 WIB
Kisah Thaksin Shinawatra, Mantan PM Thailand yang Dipenjara Usai 15 Tahun di Pengasingan
Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra dijebloskan ke penjara (Foto: AP)
A
A
A

BANGKOK Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri (PM) Thailand yang akhirnya kembali ke kampung halamannya, setelah 15 tahun lamanya mengasingkan diri.

Pada Selasa (22/8/2023) pagi, ratusan pendukung Thaksin bersorak ketika jet pribadinya mendarat di Bandara Don Muaeng, Bangkok. Ia tiba beberapa jam sebelum parlemen Thailand memilih perdana menteri baru.

“Ini menutup babak penting dalam dunia politik Thailand,” kata Thitinan Pongsudhirak, ilmuwan politik di Universitas Chulalongkorn, dikutip Reuters.

Mantan PM Thailand yang satu ini sangat populer di kalangan masyarakat miskin pedesaan. Menurut mereka, Thaksin adalah sosok pemimpin yang memikirkan kebutuhan jutaan orang yang tinggal di luar kota Bangkok.

Sayangnya, meski ia dicintai oleh masyarakat miskin, hal itu tidak berlaku bagi masyarakat elit. Di kalangan masyarakat elit kaya di Bangkok, Thaksin dikenal sebagai sosok yang suka memecah belah dan sangat tidak populer di antara mereka.

Ia dikenal sebagai kroni kapitalis yang menjarah perekonomian selama ia berkuasa dari tahu 2001 hingga digulingkan dalam kudeta militer pada tahun 2006 atas tuduhan korupsi dan penyalahguanaan kekuasaan, yang menurut Thaksin tuduhan itu hanyalah sekadar taktik politik.

Selama perjalanannya di dunia politik, ia menghadapi berbagai macam tantangan. Mulai dari saingannya yang menuduh Thaksin memberikan “suap” kepada para pemilih di pedesaan saat pemilu pada tahun 2001, yang akhirnya dimenangkannya.

Para kritikus juga membuat tuduhan bahwa Thaksin menyalahgunakan mandat pemilu untuk menghapus pengawasan dan keseimbangan konstitusi, sambil memperkuat pemerintahan otoriternya.

Belum lagi pada tahun 2003, saat Thailand berperang melawan narkoba yang menewaskan sekitar 2.500 orang yang mana hal tersebut memicu kemarahan kelompok yang memperjuangkan hak asasi manusia karena dianggap mengabaikan kebebasan sipil.

Kemarahan kembali meledak ketika ia menjual sahamnya di Shin Corporation, perusahaan jaringan seluler terbesar di Thailand, seharga 73,3 miliar baht atau setara 31,9 triliun rupiah ke Temasek Singapura pada 2003.

Para saingannya mengeluh adanya konflik kepentingan dan menuduh keluarga Thaksin tidak membayar pajak atas keuntungan modal dari penjualan saham tersebut.

Militer memanfaatkan situasi ini (kemarahan kalangan atas) untuk melakukan kudeta tak berdarah pada September 2006 ketika Thaksin berada di luar negeri.

Alih-alih membantah tuduhan korupsi, mantan PM Thailand ini mengasingkan diri ke Inggris. Thaksin bahkan sempat membeli saham pengendali di klub sepak bola Liga Utama Manchester City, yang kemudian ia jual pada tahun 2008 setelah asetnya dibekukan oleh otoritas Thailand karena tuduhan tersebut.

Thaksin akhirnya kembali ke Thailand pada awal 2008 untuk menghadapi berbagai tuntutan hukum yang dijatuhkan kepadanya. Lalu, ia mulai mengasingkan diri beberapa bulan kemudian.

Meskipun demikian, Thaksin masih menjadi politisi paling terkemuka di Thailand dan mempertahankan pengaruhnya yang besar meski sudah 15 tahun berlalu.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement