Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Mbah Saikoen, Pengawal Bung Karno hingga Perintis PMI di Bengkulu

Demon Fajri , Jurnalis-Minggu, 03 September 2023 |06:04 WIB
Kisah Mbah Saikoen, Pengawal Bung Karno hingga Perintis PMI di Bengkulu
Mbah Saikoen adalah perintis PMI di Bengkulu. (Foto: Demon Fajri)
A
A
A

MASA penjajahan adalah saat-saat kelam yang harus dilewati bangsa Indonesia. Salah satu saksi sejarahnya adalah purnawirawan (Purn) TNI AD. Saikoen Wirjo Moerdjito. Saikoen dekat dengan desingan suara peluru dan mortir zaman penjajahan.

Saikoen masih ingat betul apa yang terjadi pada masa penjajahan. Ia mulai menceritakan pengalamannya saat masa penjajahan, saat duduk di bangku kelas II sekolah dasar (SD).

“Zaman penjajahan saya sudah duduk di kelas II setingkat SD. Setiap hari selalu mendengar desingan suara mortir dan senjata mesin,” katanya mengingat kejadian saat itu kepada Okezone, dalam wawancara pada 2018.

Peristiwa yang ia ingat-ingat itu terjadi pada 1942, saat Mbah Saikoen masih berusia 6 tahun. Pada usia belianya, ia sudah merasakan desingan suara mortir dan peluru dari penjajah ketika masa agresi militer Belanda kedua. Saat itu, ia bersama orangtuanya tinggal di sebuah Desa Bancar Wetan, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Pria yang juga perintis Palang Merah Indonesia (PMI) Bengkulu tahun 1979 ini beruntung dapat bersekolah di Purbalingga. Pasalnya, Mbah memiliki saudara polisi desa sehingga dapat mengenyam bangku sekolah. Namun, saat kelas II SD itu dia sempat berhenti sekolah.

Bukan tanpa alasan Mbah Saikoen kecil berhenti sekolah. Karena saat itu, terjadi serangan dari panjajah berupa montir dan senjata mesin menyerang desanya. 

''Serangan mortir dari penjajah di pegunungan, berada di atas kepala. Serangan itu dilakukan penjajah pada malam hari. Kami yang masih kecil tetap diberi makan,'' cerita pria yang dikenal dengan nama Mbah ini. 

Hal ini membuat keluarga dan Mbah Saikoen ketakutan. Dia bersama keluarga dan warga setempat mengungsi ke salah satu daerah pegunungan di Purbalingga.

Tak hanya itu, saat dalam pengungsian tersebut, banyak perampok yang merampas harta benda milik warga pengungsian.

Masih pada 1942, Belanda meninggalkan daerah Purbalingga. Tidak lama kepergian Belanda tersebut, Jepang masuk ke daerah Purbalingga, Jawa Tengah. Kedatangan Jepang disambut suka cita. Masyarakat yang mengungsi di daerah pegunungan kembali turun ke desa mereka, yang saat itu bernama Desa Baancar Wetan Kecamatan Purbalingga.

Mbah Saikoen bersama keluarga kemudian kembali ke desa, usai mengungsi selama agresi militer Belanda kedua.

''Kami kembali ke desa setelah Belanda, pergi. Setelah Belanda pergi masuk Jepang,'' cerita suami dari Zubaida. 

Sekolah yang sempat terhenti kemudian ia lanjutkan kembali. Saat itu, Mbah Saikoen bercerita, biaya sekolah gratis, berikut dengan keperluan lainnya, seperti buku.

Selang 3 tahun kemudian, Indonesia merdeka. Secara berangsur penjajah pergi meninggalkan Purbalingga. Anak-anak dapat dengan tenang untuk pergi sekolah, tanpa khawatir adanya perang. Begitu juga dengan masyarakat yang kembali pergi ke kebun. Pada 1959 hingga 1960, ia pun menyelesaikan studi setara dengan SMA.

Pengawal Presiden Soekarno di Palembang

Usai menyelesaikan jenjang pendidikan SMA, Mbah Saikoen diajak saudara merantau ke salah satu daerah di Sumatera Selatan, yang saat itu bernama Wasenar. Lokasi itu merupakan tempat pendidikan kepolisian. Tidak lama tinggal di daerah itu dirinya kembali merantau ke daerah Sungai Lilin, Provinsi Jambi.

Daerah ini merupakan perbatasan antara Jambi dan Sumatera Selatan. Di sana Saikoen menjadi buruh atau pelayan. Saat itu biasa disebut ''kamar wak'' atau office boy. Beberapa lama kemudian, dirinya masuk dalam Organisasi Perlawanan Rakyat (OPR) atau hansip. Saat itu dirinya memang senjata mesin jenis bren.

Saikoen mengenang saat itu ia ikut memberantas gerombolan pemberontak. Tidak hanya itu, dirinya ikut serta dalam pemberantasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di daerah Jambi. 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement