Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Sejarah Tatar Krimea, Etnis Minoritas Muslim Turki yang Setia pada Ukraina

Assyifa Eka Putri , Jurnalis-Selasa, 05 September 2023 |14:21 WIB
Sejarah Tatar Krimea, Etnis Minoritas Muslim Turki yang Setia pada Ukraina
Foto: EPA.
A
A
A

TATAR Krimea adalah penduduk asli wilayah Krimea, Ukraina, yang dianeksasi secara sepihak oleh Rusia pada 2014. Kelompok etnis Muslin Sunni ini berbicara dalam bahasa yang berasal dari cabang Kipchak atau singkatnya masih dekat dengan bahasa Turki.

Komunitas ini memiliki sejarah yang cukup kompleks. Namun, seperti kelompok-kelompok Tatar yang terkait, evolusi Tatar dimulai dengan penyebaran kekuasaan Kekaisaran Mongol pada awal abad ke-13.

Pada 1241, Batu Khan, cucu dari Genghis Khan, menaklukan wilayah Krimea dan mendirikan Kekaisaran Mongol. Akan tetapi, hanya dalam beberapa dekade berikutnya, kekaisaran besar, yang mencakup wilayah Eropa Timur hingga semenanjung Korea itu, mulai terpecah-pecah.

Setelah itu, konfederasi (persatuan) suku-suku Turki dan Mongol, yang dikenal sebagai Gerombolan Emas atau the Golden Horde, mulai memerintah bagian Barat. Mereka melakukan perkawinan campur dengan penduduk asli Rusia, bahkan menggunakan dialek Turki dan menganut agama Islam.

Seiring dengan terpecahnya Gerombolan Emas, Tatar Krimea akhirnya mendirikan Kekhanan (entitas politik yang diperintah oleh seorang Khan) mereka sendiri pada akhir abad ke-15. Meskipun di tengah perebutan kekuasaan Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah di kedua sisi laut hitam, Tatar Krimea tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan mereka.

Untuk menegaskan kemerdekaan Kekhanan tersebut, dibuatlah Perjanjian Kucuk Kaynarca antara Rusia dan Kesultanan Utsmaniyah pada 1774. Sayangnya, perjanjian tersebut dilanggar oleh Rusia pada 1783, yang mengakibatkan pencaplokan wilayah tersebut ke dalam Rusia.

Dalam beberapa dekade berikutnya, kebijakan diskriminatif memaksa puluhan ribu penduduk Tatar Krimea mengungsi ke negara-negara tetangga, termasuk Kesultanan Utsmaniyah.

Tatar Krimea di bawah kekuasaan Uni Soviet 

Perjalanan yang dihadapi Tatar tidaklah mudah setelah mengalami deportasi massal dan ketidaksetabilan. Pada 1930, upaya kolektivisasi di Uni Soviet menyebabkan terjadinya krisis pangan yang berdampak pada berkurangnya populasi Tatar Krimea. Nasib buruk Tatar tidak hanya berakhir di situ. 

Josef Stalin, mantan kepala pemerintahan Uni Soviet, menuduh Tatar Krimea bekerja sama dengan Nazi Jerman, setelah kembali merebut Krime dari Blok Poros pada 1944. Hal tersebut mengakibatkan Tatar diasingkan ke Soviet Uzbekistan sebagai bentuk hukuman kolektif.

Dilansir dari Middle East Eye, semua orang Tatar Krimea dideportasi ke Uzbekistan, termasuk mantan tentara Soviet. Para pejabat lokal juga dipaksa untuk bergabung dengan sesama Tatar Krimea dengan kereta api yang penuh sesak menuju ke arah timur.

Bahkan setelah kematian Stalin pada 1953, puluhan ribu orang Tatar Krimea tetap tinggal di Asia Tengah selama beberapa dekade setelah deportasi dan masih tinggal di Uzbekistan.

Aneksasi Krimea Oleh Rusia 

Di akhir 1980-an, tepatnya di bawah periode rekonstruksi oleh mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev, Tatar Krimea diizinkan kembali ke tanah airnya.

Pada 2001, Ukraina mencatat kurang dari seperempat juta orang Tatar Krimea tinggal di Krimea, Ukraina. Terlepas dari sejarah panjang mereka, jumlah penduduk yang menetap hanya sepuluh persen dari total populasi di wilayah tersebut. 

Banyak keturunan Tatar yang dideportasi kembali ke Krimea secara paksa dan menjadi pemimpin di komunitas lokal, termasuk Refat Chubarov, yang menjabat sebagai ketua Majelis Rakyat Tatar Krimea, sebuah badan perwakilan yang diakui oleh parlemen Ukraina.

Namun, badan tersebut dilarang oleh Rusia pada 2016, dua tahun setelah aneksasi Krimea. Rusia menyatakan alasannya karena kelompok tersebut diduga mempromosikan ekstremisme dan nasionalisme etnis.

Warga Tatar Krimea mengeluhkan adanya upaya untuk membungkam komunitas mereka. Sejarah kelam mereka akan penganiayaan Soviet membuat sebagian besar orang lebih memilih pemerintahan Ukraina daripada Kremlin.

Sebuah referendum yang diselenggarakan Rusia mengenai status komunitas ini menjadi sasaran seruan boikot dari Tatar Krimea dan minoritas Ukraina di wilayah tersebut. Kejadian ini membuat beberapa orang Tatar Krimea, yang menyuarakan keprihatinan tentang pengambilalihan Moskow, menghilang di bawah pemerintahan Rusia.

“Krimea kembali ke Rusia selamanya. Siapa pun yang mendukung perlawanan berarti mendukung pertumpahan darah; tentu saja kami tidak bisa menerima itu dan akan bereaksi," kata Sergei Aksyonov, pejabat tinggi Putin di Krimea, sebagaimana dikutip dari Middle East Eye.

Sebagian orang Tatar Krimea akhirnya memutuskan untuk pindah ke daerah lain di Ukraina dan bahkan ke Turki, yang memberikan perlindungan bagi umat Islam dari penganiayaan lebih lanjut oleh Rusia. Sedangkan sebagiannya lagi bersumpah untuk tetap tinggal, baik di Krimea atau di daratan Ukraina.

Mereka bahkan bersedia mengangkat senjata melawan Rusia setelah 2014 dan sekali lagi saat Rusia melancarkan aksi militer ke Ukraina pada 2022. Dengan Ukraina yang kini berada di bawah ancaman Rusia, Tatar Krimea berusaha untuk melepaskan diri lagi dari pengaruh Moskow.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement