Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Pangeran Diponegoro Kebal Ditembak, Peluru Pecah Berhamburan

Arief Setyadi , Jurnalis-Rabu, 13 September 2023 |07:05 WIB
Kisah Pangeran Diponegoro Kebal Ditembak, Peluru Pecah Berhamburan
Pangeran Diponegoro (Foto: Ist)
A
A
A

PANGERAN Diponegoro merupakan pahlawan nasional yang pernah tertembak oleh pasukan Belanda. Namun, bukannya terluka, pelurunya malah pecah berhamburan.

Kisah tertembaknya Pangeran Diponegoro dituliskan dalam babad Diponegoro. Saat itu, Pangeran sedang bersama Sentot Alibasyah Prawirodirdjo terlibat dalam pertempuran di Gawok pada 15 Oktober 1826.

"Tiba-tiba sebuah tembakan mengenai dadanya, peluru itu pecah berhamburan. Kuda P.Diponegoro lalu berlari menuju tempat lain," ujar Roni Sodewo, satu di antara keturunan Pangeran Diponegoro.

Saat itu, Diponegoro tertembak dua kali. Namun, di tubuhnya tak ditemukan bekas luka tembak. Kala itu, Diponegoro tengah melepas bajunya.

"Seorang perwira pasukan Belanda dengan P.Diponegoro sedang duduk di tempat penahanannya di Makassar. Saat itu, cuaca panas terik, Diponegoro melepas bajunya. Perwira tadi melihat tidak ada bekas luka tembakan di badan Diponegoro, tubuhnya bersih. Dia teringat pembicaraan dengan Jenderal De Kock bahwa tubuh Diponegoro dari besi," imbuh Roni.

Belanda yang mengetahui kabar Diponegoro kebal tembak tak percaya begitu saja. Kisah itu diungkap dalam Buku karya Peter Carey berjudul Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855).

Pangeran Diponegoro memang dikenal piawai dalam bertempur karena kerap lolos dari penyergapan. Pernah suatu ketika, saat dirinya menyusul Basyah Mertonegoro ke Tanah Panjer melalui Bulu Bandung. Kuda Jaya Capa seolah tidak mau bergerak, kemudian ditarik seorang Gamel (Penuntun kuda) bernama Sumatali.

Keluar dari Bulu Bandhung Pangeran dicegat pasukan Belanda dipimpin oleh Magilis. Para pembesar prajurit menyarankan agar pangeran kembali ke Bulu Bandhung, sebab jumlah pasukan lawan sangat besar. Dengan sigap, Pangeran Diponegoro bergerak naik.

Sedangkan prajurit-prajuritnya mengikuti sambil memberikan serangan balasan. Banyak kuda yang tertinggal yang di bawah, sementara Pangeran Diponegoro telah jauh di depan dengan mengendarai Wijaya Krisna masuk ke dalam hutan.

Dalam pertempuran itu, pasukan Diponegoro terpecah. Sementara Pangeran Diponegoro terus dikejar dan masuk ke dalam jurang, tetapi terus dihujani tembakan tapi luput. Saat itu, Pangeran Diponegoro hanya bersama Pangeran Abdulrahim dan Diponegoro Anom.

Adipati Lurah Kasim Jamanggala, Banteng Wareng dan Joyo Suroto menyusul sambil menangis menanyakan, mengapa Pangeran Diponegoro memisahkan diri dari barisan sehingga tidak bisa dijaga oleh para prajurit.

Tak lama pasukan Belanda sudah menyusul ke dasar jurang sehingga Adipati memaksa Pangeran Diponegoro untuk berlari dengan cara menarik tangan Pangeran Diponegoro dibantu oleh Pangeran abdulrahim. Segera mereka masuk ke dalam hutan lebat.

Dalam Perang Jawa, Diponegoro mampu membuat Belanda rugi besar. Sekitar 25 Juta Golden Belanda waktu itu habis untuk membiayai perang melawan Diponegoro.

“Sebanyak 15.000 tentara Belanda juga tewas, sedangkan pejuang bangsa yang gugur syuhada 200.000 orang," ujarnya.

Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855, persis saat matahari terbit, pukul 06.30 pagi. Pangeran Diponegoro dimakamkan dekat pusara putra keduanya Sarkumo sesuai keinginan almarhum.

Dikutip Sagimun MD dalam Pahlawan Dipanegara Berjuang (1965), Pangeran Diponegoro meninggal karena “kondisi fisik yang sudah menurun lantaran usia lanjut."

Peter Carey mengutip beberapa surat kabar seperti Javasche Courant (03/02/1855) dan Niuew Rotterdamsche Courant (02/04/1855), mengenai pemakaman Pangeran Diponegoro.

Pemakaman dilakukan dengan hak-hak penuh menurut agama Islam dan dengan penghormatan yang pantas sesuai martabatnya yang terlahir sebagai bangsawan.

(Artikel ini pernah ditulis Doddy Handoko)

 

(Arief Setyadi )

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement