JAKARTA - Kisah hidup Ratna Sari Dewi, istri kelima Presiden pertama Indonesia, Soekarno, selalu menarik perhatian. Tidak hanya karena perannya dalam sejarah Indonesia, tetapi juga karena asal-usulnya yang unik. Istri Soekarno ini terlahir di Jepang dengan nama asli Naoko Nemoto sebelum akhirnya dikenal sebagai Ratna Sari Dewi.
Dari berbagai sumber yang dirangkum Okezone, gadis asal Jepang ini dilahirkan pada 1940 sebagai anak ketiga dalam keluarga seorang pekerja konstruksi di Tokyo. Keluarganya sederhana, sehingga Naoko harus bekerja sebagai pramuniaga di perusahaan asuransi jiwa Chiyoda setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama pada 1955.
Setahun berikutnya, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan beralih menjadi seorang geisha di Akasaka Copacabana, sebuah tempat hiburan mewah yang sering menjadi pilihan para tamu asing. Pada 16 Juni 1959, di tempat tersebutlah Soekarno pertama kali bertemu dengan Naoko, dan dari pertemuan itu, cinta pun tumbuh di antara mereka.
Hingga pada akhirnya, Soekarno memberanikan diri untuk menulis surat kepada Naoko, yang dengan balasan dari Naoko, cintanya pun mendapat respon yang positif. Mereka tidak menunggu lama sebelum Soekarno mengundang Naoko untuk mengunjungi Indonesia. Bagi Soekarno, pertemuan ini seolah takdir yang tak bisa dihindari.
Keduanya memiliki minat yang sama dalam seni, dengan Naoko yang memiliki bakat dalam menari, menyanyi, dan seni lukis. Ini memperkuat hasrat Soekarno untuk menjadikannya sebagai pasangan hidupnya.
Ratna Sari Dewi adalah istri kelima Soekarno. Ratna dinikahi Soekarno pada 1962. Di mana saat itu Ratna berusia 22 tahun. Pernikahan mereka dikaruniai seorang putri yang diberi nama Kartika Dewi Soekarno atau biasa dipanggil Karina. Saat ini, Ratna Sari Dewi berusia 83 tahun, sementara putrinya, Karina, telah berusia 56 tahun.
Sebelum berakhirnya masa kekuasaan Soekarno, Ratna Sari Dewi meninggalkan Indonesia. Selama sekitar sepuluh tahun, mulai tahun ia tinggal di Paris, sejak 1983 Ratna kembali ke Jakarta. Setelah itu, ia merantau ke berbagai negara di Eropa, seperti Swiss, Prancis, dan Amerika Serikat (AS). Akhirnya, pada 2008, Ratna kembali ke Jepang dan menetap di Jepang, tepatnya di Shibuya, Tokyo.
Sejak 2008, Ratna aktif dalam menjalankan bisnis perhiasan dan kosmetik serta terlibat dalam kegiatan penggalangan dana. Terkadang, ia juga mengisi acara di stasiun televisi Jepang sebagai bagian dari aktivitasnya.
(Rahman Asmardika)