Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Sabetan Pedang 19 Santri Kediri Bikin Ribuan Orang PKI Kocar-kacir

Solichan Arif , Jurnalis-Jum'at, 22 September 2023 |21:44 WIB
Kisah Sabetan Pedang 19 Santri Kediri Bikin Ribuan Orang PKI Kocar-kacir
Illustrasi (foto: Okezone)
A
A
A

PERISTIWA G30S PKI atau 30 September 1965 di Jakarta ternyata tidak membuat surut semangat orang-orang PKI di daerah.

Terutama para kader dan simpatisan Pemuda Rakyat, BTI serta Gerwani. Mereka tetap bersikap beringas, bergerak memerangi semua yang dianggap lawan, yakni termasuk menyerang pondok pesantren NU (Nahdlatul Ulama).

Sebab sejak Masyumi dibubarkan karena dianggap terlibat pemberontakan PRRI/Permesta, satu-satunya lawan terkuat PKI dari kalangan Islam tinggal NU dan juga tentara.

Di Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, orang-orang PKI berencana menyatroni Ponpes Ploso yang diasuh KH Djazuli. Kabar serangan orang-orang PKI itu telah tercium oleh para intelijen santri. Pasukan santri pun disiapkan.

“Kiai Djazuli menyiapkan 19 santrinya untuk menghadang saat PKI menyeberang Sungai, sementara santri yang lain menjaga pesantren dan melindungi kiai,” demikian dikutip dari buku Benturan NU PKI 1948-1965 (2013).

Wilayah Kecamatan Mojo dan Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, yakni secara geografis berdekatan, diketahui sebagai basis PKI.

Berdasarkan catatan peneliti asing Herbert Feith dalam Pemilihan Umum 1955 di Indonesia, perolehan suara PKI pada pemilu 1955 di karesidenan Kediri mencapai 457.000 suara.

Perolehan suara PKI adalah yang tertinggi, mengalahkan perolehan suara PNI sebanyak 455.000 suara, NU sebanyak 366.000 suara dan Masyumi sebanyak 155.000 suara.

Hal itu yang membuat orang-orang PKI di Kediri, yakni terutama di Mojo dan Kras berani leluasa menebar teror. Bahkan sejak menjelang peristiwa G30S PKI, intensitas teror, yakni terutama kepada kalangan pesantren semakin meningkat.

Akibat teror, jumlah santri di Ponpes Ploso yang semula 600 orang menyusut tinggal 22 orang. Sementara meski kalah jauh dari sisi jumlah, para santri yang ditugaskan menghadang orang-orang PKI tidak merasa gentar.

Sebelum berangkat ke medan tempur, 19 santri yang dipimpin Kiai Ghozali Burdah lebih dulu digembleng. Pertempuran tidak seimbang antara 19 santri Ponpes Ploso melawan ribuan orang PKI itu pun, meletus.

Sebanyak 19 santri bersenjatakan pedang. Sedangkan ribuan orang-orang PKI bersenjata panah dan bom molotov. Ajaib. Tidak satupun brondongan panah dan bom molotov yang sanggup mencederai para santri.

Sebaliknya, 8 orang anggota PKI tewas dalam pertempuran. Menghadapi sabetan pedang 19 santri, ribuan orang PKI sontak memilih mundur dengan sebagian lainnya kocar-kacir, lari menyelamatkan diri.

Begitu juga saat bertempur di kaki Gunung Wilis, 19 santri Ponpes Ploso juga berhasil membuat ribuan orang-orang PKI berhamburan menyelamatkan diri. Sebanyak 11 orang PKI tewas dan mereka yang luka-luka tidak terhitung jumlahnya.

Melihat pemandangan itu Komandan Koramil Mojo Letnan Sunaryo yang berdiri di belakang santri hanya bisa geleng-geleng kepala, nyaris tidak percaya. Setelah peristiwa itu, orang-orang PKI di Kediri tidak berani lagi menyerang pesantren.

“Kiai Ghozali (Ghozali Burdah) berkesimpulan, bahwa senjata paling ampuh dalam menghadapi musuh adalah keberanian”.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement