CHINA - Menteri Luar Negeri (Menlu) China atau Tiongkok yang digulingkan, Qin Gang, diduga berselingkuh dengan seorang presenter televisi terkenal Tiongkok yang memiliki anak melalui ibu pengganti di Amerika Serikat (AS).
Hal ini diungkapkan Financial Times (FT) pada Selasa (26/9/2023) dengan mengutip berbagai sumber yang tidak disebutkan namanya, yang memperdalam intrik seputar penghilangan dan pemecatan menteri senior Tiongkok yang tidak dapat dijelaskan.
FT yang mengutip enam orang yang dekat dengan Fu dan tokoh kebijakan luar negeri Tiongkok, melaporkan Fu Xiaotian, 40, mantan pembawa acara bincang-bincang unggulan di stasiun televisi Tiongkok Phoenix TV yang berbasis di Hong Kong, menjalin hubungan dengan Qin yang berusia 57 tahun.
Menurut salah satu sumber yang tidak disebutkan namanya yang dikutip dalam laporan FT, Fu memiliki anak tahun lalu dengan bantuan ibu pengganti di AS, yang tidak mengungkapkan identitas ayahnya.
Dua orang yang mengenal Fu mengatakan kepada CNN bahwa mereka mendengar dari teman-temannya bahwa Fu memiliki anak melalui ibu pengganti di AS, meskipun mereka tidak tahu siapa ayahnya.
Laporan FT adalah potongan puzzle terbaru dalam misteri seputar Qin, yang pernah menjadi ajudan pemimpin Tiongkok Xi Jinping yang tiba-tiba dicopot dari jabatan menteri luar negeri pada Juli lalu setelah menghilang dari pandangan publik selama sebulan.
Beijing tidak memberikan penjelasan atas pemecatan Qin dan berulang kali menghindari pertanyaan tentang nasibnya dari wartawan asing pada konferensi pers.
Ketika ditanya tentang laporan terbaru tersebut pada konferensi pers reguler pada Rabu (27/9/2023), juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan: “Ini bukan masalah diplomatik.”
CNN telah menghubungi Kantor Informasi Dewan Negara Tiongkok, yang menangani pertanyaan pers untuk pemerintah pusat, serta Phoenix TV untuk memberikan komentar.
CNN belum dapat menghubungi Qin atau Fu – atau perwakilan mereka. Dua sumber yang dekat dengan Fu mengatakan kepada CNN, Fu berhenti memposting di akun media sosial WeChat miliknya pada Mei lalu setelah kembali ke Tiongkok dari AS pada April lalu.
Di Tiongkok, tidak jarang tokoh masyarakat – mulai dari pejabat, pengusaha hingga selebriti – menghilang selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan saat diselidiki sebelum ada berita yang mengindikasikan nasib mereka muncul.
Pekan lalu, Wall Street Journal (WSJ) melaporkan para pejabat Tiongkok diberitahu bahwa penyelidikan internal Partai Komunis menemukan Qin terlibat dalam perselingkuhan yang berujung pada kelahiran seorang anak di AS saat menjabat sebagai utusan Tiongkok untuk Washington, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Menurut WSJ, bulan lalu para pejabat Tiongkok diberi pengarahan mengenai penyelidikan terhadap Qin dan diberitahu bahwa alasan resmi pemecatan Qin adalah “masalah gaya hidup,” sebuah istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada pelanggaran seksual. Nama perempuan dan anak tersebut tidak diungkapkan kepada pihak berwenang, kata laporan itu.
Investigasi sedang dilakukan untuk mengetahui apakah dugaan perselingkuhan tersebut dan tindakan lain apa pun yang mungkin diambil Qin dapat berdampak pada keamanan nasional Tiongkok, kata WSJ.
Menurut resume Qin di situs web pemerintah Tiongkok, dia “menikah dan memiliki seorang putra.”
Yun Sun, direktur program Tiongkok di lembaga pemikir Stimson Center di Washington, mengatakan perselingkuhan bukanlah hal yang aneh dalam politik Tiongkok, namun tidak banyak kasus yang diketahui di mana para pemimpin puncak memiliki anak yang dihasilkan dari hubungan tersebut.
Sun mencatat bahwa jika Qin dicopot karena dugaan hubungannya, itu akan menjadi kasus unik karena tidak ada pemimpin Tiongkok di tingkat nasional yang diketahui dicopot dari jabatannya hanya karena perselingkuhan.
“Di situlah spekulasi menjadi liar dan menjadi lebih menarik,” katanya.
Desas-desus tentang dugaan perselingkuhan Qin dengan Fu telah beredar di media sosial Tiongkok yang sangat disensor selama berbulan-bulan, sejak diplomat terkenal itu pertama kali menghilang dari pandangan publik pada Juni lalu.
(Susi Susanti)