JAKARTA - Letkol Untung dengan pasukann Tjakrabirawa-nya bergerak cepat memerintahkan sejumlah pasukan untuk menguasai Radio Republik Indonesia (RRI). Hal itu sesaat setelah malam penculikan enam jenderal dan satu perwira di September 1965.
Untung mengumumkan pengambilalihan kekuasaan dan membentuk 'Dewan Revolusi' menggantikan 'Dewan Jenderal'.
BACA JUGA:
Namun, usahanya tersebut berlangsung sebentar karena digagalkan oleh Kolonel Sarwo Edhie Wibowo bersama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau kini Kopassus.
Mengutip beragam sumber, saat itu Sarwo Edhie dan pasukan RPKAD sedang menghabiskan pagi mereka di markas RPKAD di Cijantung, Jakarta. Kemudian Kolonel Herman Sarens Sudiro tiba. Sudiro mengumumkan bahwa ia membawa pesan dari markas Kostrad dan menginformasikan kepada Sarwo Edhie tentang situasi di Jakarta.
BACA JUGA:
Sarwo Edhie yang juga teman dekat Jenderal Ahmad Yani itu diberitahu oleh Sudiro, bahwa Panglima Kostrad Mayjen Soeharto diasumsikan akan menjadi pimpinan Angkatan Darat. Setelah memberikan banyak pemikirannya, Sarwo Edhie mengirim Sudiro kembali dengan pesan bahwa ia akan berpihak dengan Soeharto.
Setelah Sudiro pergi, Sarwo Edhie dikunjungi oleh Brigjen Sabur, Komandan Tjakrabirawa. Sabur meminta Sarwo Edhie untuk bergabung dengan Gerakan G30S. Sarwo Edhie mengatakan kepada Sabur dengan datar bahwa ia akan memihak Soeharto.
Pada pukul 11:00 WIB siang hari itu, Sarwo Edhie tiba di markas Kostrad dan menerima perintah untuk merebut kembali gedung RRI dan telekomunikasi pada pukul 06:00 WIB petang (batas waktu dimana pasukan tak dikenal diharapkan untuk menyerah).