Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Mitos Pesugihan di Gunung Kawi Malang, Begini Faktanya

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 17 Oktober 2023 |13:11 WIB
Mitos Pesugihan di Gunung Kawi Malang, Begini Faktanya
Suasana di Keraton Gunung Kawi Malang (Foto: MPI/Avirista)
A
A
A

MALANG - Mitos pesugihan di Gunung Kawi Malang ditepis oleh warga sekitar. Mitos itu disebut hanyalah kebetulan bahwa ada beberapa orang yang datang kemudian sukses, sehingga membuat mereka kembali lagi ke kawasan Keraton Gunung Kawi.

Jono, pemandu wisata Keraton Gunung Kawi menuturkan, bila tidak semua orang yang datang ke Keraton Gunung Kawi berhasil. Tetapi diakuinya, bila mereka yang mempunyai usaha kemudian meminta kelancaran usahanya dan ada permasalahan, sebagian besar terkabul.

"Ya Alhamdulillah pasti kembali lagi, kalau kembali lagi kan pasti berhasil. Kalau tidak kembali berarti tidak berhasil ya ada saja itu. Tapi kalau orang ada usaha pasti berhasil, kan cuma buat pelancar, sudah ada modal, cuma melancarkan usaha, kadang usaha warung sepi, macet, diganggu orang, ditinggal pelanggan," ucap Jono, ditemui MPI.

Pria warga Desa Balesari, Ngajum, Kabupaten Malang ini berujar, biasanya orang yang datang pertama kali ke Keraton Gunung Kawi ditemui oleh para pemandu wisata terlebih dahulu. Ada sekitar 20 orang pemandu wisata yang bertugas memberikan informasi, dan menyambungkan ke juru kunci jika memang ada maksud dan tujuan tertentu.

Di juru kunci itulah, biasanya hajat dari orang yang datang akan dibicarakan. Selanjutnya, juru kunci disebut Jono, akan memberikan petunjuk perbuatan apa yang akan dilakukan.

"Sowan kalau pengen ketemu pak juru kunci. Mau syukuran atau mau apa, dipasrahkan ke pak juru kunci, saya cuma nganter. Jadi ritualnya hajatnya tamu tujuannya tamu, itu dipasrahkan ke juru kunci lengkap," ujarnya.

Jika memang telah selesai, biasanya tamu akan pulang di pertemuan pertama. Seiring berjalannya waktu biasanya hajat dan tujuan itu ada yang berhasil dan ada yang tidak, jika berhasil maka bisa saja tamu atau pengunjung itu kembali ke Keraton Gunung Kawi, untuk melakukan syukuran.

"Urusannya apa, dikasih lancar berhasil, sukses, syukuran. Tergantung tamunya, yang punya uang tamunya, kalau ada rezeki ya dikasih, ya kalau terkabul kalau tidak kan tambah susah," terangnya.

Ia menambahkan, ketika pengunjung atau tamu kembali ke Keraton Gunung Kawi, biasanya akan kembali melakukan berbagai ritual seperti berdiam diri, meditasi, melakukan syukuran dengan menyajikan berbagai hidangan makanan yang telah ditentukan, hingga memberikan sesajen.

"Orang sini sowan, tawasulan, meditasi, memberi sesajen, dibatin tujuannya apa. Basisnya keyakinan di sini, di sini perantara, semua itu yang menentukan Gusti Allah, cuma di situ tujuannya jangan lupa sama yang mbaurekso (yang punya), perantara untuk melancarkan usaha, kalau dapat rejeki syukuran," jelasnya.

Tetapi untuk syukuran dan persyaratan wajib, dipastikan Jono tidak ada syarat yang mengikat. Pengunjung boleh mengadakan syukuran sendiri dengan membawa makanan dari rumahnya, atau memasang di beberapa warung di sekitar area Keraton Gunung Kawi. Biasanya hasil syukuran dimakan bersama-sama, atau dibagikan ke sejumlah masyarakat sekitar Keraton Gunung Kawi.

"Terserah tamunya, tidak janji tapi kalau ada rejeki ya menyembelih kambing dua atau apa, ya dihajatkan ke sini. Tidak wajib, kalau tujuan tamunya terpenuhi langsung beli di sini, membawa sendiri juga boleh, kan semuanya orang jauh ditunggu sampai selesai juga boleh," tuturnya.

"Kadang buat ayam ingkung, pesan di sini maghrib. Syarat wajib tidak ada, kalau mau syukuran terserah tamunya, bawa sendiri boleh, beli di sini sendiri boleh, dari sini juga boleh," paparnya

Biasanya para pengunjung, tiba di Keraton Gunung Kawi saat malam Jumat legi. Jika pengunjung mau tirakatan atau berdiam diri sambil berdoa, maka pilihan malam Selasa kliwon atau Jumat kliwon, untuk berkunjung ke area keraton.

"Ramainya malam Jumat legi, kalau orang tirakatan itu Selasa Kliwon, Jumat Kliwon sowan, tawasulan, kalau hasil rezeki nggeh balik, kalau nggak ya nggak. Ritual memakai sajen, pasang sajen, terserah njenengan yang mau hajat," pungkasnya.

(Khafid Mardiyansyah)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement