JAKARTA - Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Majalengka dikenal dengan sebutan Kota Angin.
Majalengka punya sejarah yang panjang, mulai dari zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga masa penjajahan Belanda dan Jepang. Berikut sejarah dan asal usul kabupaten Majalengka:
Nama “majalengka” berasal dari dua kata dalam bahasa Cirebon, yaitu “maja” dan “langka”. Namun, ada versi lain tentang asal usul dari kabupaten ini salah satunya dengan nama ini dengan peristiwa pembabatan pohon maja oleh Nyi Rambut Kasih.
Rambut Kasih merupakan ratu Kerajaan Sindangkasih yang tidak suka dengan orang Cirebon yang mencari buah maja untuk obat-obatan. Hal ini menjadi awal mula nama Majalengka.
Menurut versi ini, ketika orang Cirebon datang ke Sindangkasih, mereka tidak menemukan lagi pohon maja. Karena itu, mereka berkata “maja-e langka” atau “buah maja hilang”.
Nama ini kemudian digunakan sebagai nama kabupaten baru yang menggantikan Kerajaan Sindangkasih setelah penguasanya masuk Islam. Nama Majalengka kemudian masih digunakan hingga sekarang sejak ditetapkannya oleh koloni Belanda pada 11 Februari 1840.
Sementara itu, sejarah awal Kabupaten Majalengka dapat dilacak kembali ke zaman Kerajaan Tarumanegara. Pada masa itu, daerah Majalengka termasuk dalam wilayah Kerajaan Galuh yang merupakan kerajaan yang terkenal di Jawa Barat.
Pada abad ke-16, Majalengka menjadi bagian dari Kesultanan Cirebon. Salah satu raja Cirebon yang berkuasa di Majalengka adalah Prabu Geusan Ulun yang mendirikan Kerajaan Talaga pada 1579.
Kerajaan Talaga memiliki pusat pemerintahan di Desa Talaga dan berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Pada era kerajaan tersebut menjadikan agama Islam masih bertahan hingga sekarang.
Kemudian pada 1677, Kerajaan Talaga ditaklukkan VOC yang dipimpin Rijcklof van Goens. Sejak saat itu, Majalengka menjadi bagian dari Hindia Belanda dan mengalami berbagai perubahan administrasi.
Pada awal abad ke-20, Majalengka mulai terlibat dalam pergerakan nasional untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Beberapa tokoh pergerakan nasional yang berasal dari Majalengka antara lain adalah KH Zaenal Mustofa, KH Abdul Halim, KH Ahmad Sanusi, dan KH Abdul Fatah Hasan.
Mereka berperan aktif dalam organisasi-organisasi seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Partai Syarikat Islam Indonesia.
Pada 1942, Jepang menggantikan Belanda sebagai penjajah baru di Indonesia. Majalengka pun mengalami dampak dari kebijakan-kebijakan Jepang yang represif dan eksploitatif.
Namun sejak memasuki masa kemerdekaan, Majalengka menjadi salah satu wilayah yang cukup maju di Jawa Barat. Kabupaten majalengka memiliki luas wilayah sekitar 1.204 km persegi dan berpenduduk sekitar 1,2 juta, serta wilayahnya terdiri dari 26 kecamatan dan 281 desa.
(Erha Aprili Ramadhoni)