ISRAEL - Israel telah menjadi penerima kumulatif terbesar bantuan militer Amerika Serikat (AS) sejak Perang Dunia Kedua.
Menurut Congressional Research Service, sebuah lembaga penelitian kebijakan publik Kongres AS, Hingga saat ini, AS telah memberi Israel USD158 miliar (Rp2.509 triliun) dalam bentuk bantuan bilateral dan pendanaan militer.
Pada 2023, AS menyisihkan USD3,8 miliar (Rp60 triliun) untuk Israel dalam pendanaan militer. Ini adalah bagian dari perjanjian 10 tahun yang ditandatangani pada masa pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama yang berjanji memberikan bantuan militer senilai USD38 miliar (Rp603 triliun) ke Israel dari 2019 hingga 2028.
Menurut Kiel Institute for the World Economy, sebuah lembaga penelitian Jerman, Sejak perang di Ukraina dimulai pada Februari 2022, pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS telah memberikan lebih dari USD75 miliar (Rp1.190 triliun) bantuan kepada Ukraina, yang mencakup bantuan kemanusiaan, keuangan, dan militer.
Sekitar 60% dari jumlah ini berkaitan dengan militer, seperti bantuan senjata dan keamanan.
Seperti diketahui, perang Isral dan Hamas terus berkecamuk dan semakin memanas. Para sekutu Israel seperti AS dan Inggris sudah terang-terangan akan mendukung Israel dalam perang melawan Hamas.
Sementara itu, Ketua badan Perserikatan Bangssa-Bangsa (PBB) Philippe Lazzarini mengatakan Timur Tengah berada di "tepi jurang" akibat perang antara Israel dan Hamas.
“Dunia kini kehilangan rasa kemanusiaannya,” terang Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat kepada BBC. Dia memperingatkan bahwa kekerasan bisa meluas ke seluruh wilayah.
Lazzarini memperingatkan tentang situasi yang mengerikan bagi warga sipil di Gaza, dan menyerukan kembali adanya koridor bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Berbicara di Yerusalem, Lazzarini mengutuk serangan Hamas terhadap Israel, dan menyebutnya sebagai "pembantaian yang mengerikan dan biadab" yang telah menciptakan "trauma nasional, trauma kolektif di Israel".
(Susi Susanti)