Meski sempat mengalami kekalahan serta penderitaan selama masa perang, namun hal ini tidak serta merta membuat Pangeran Diponegoro berkecil hati. Ia tetap melanjutkan perjuangannya demi Tanah Air.
Pada detik-detik akhir perjuangannya, Pangeran Diponegoro berhasil ditangkap oleh Belanda pada 1830. Kendati demikian, Pangeran Diponegoro masih tetap menunjukkan perlawanan dan tidak mengakui kekalahan.
Ia pun dibuang ke Manado bersama istri, kedua anaknya, dan 23 pengikut. Setelah beberapa tahun di Manado, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makassar tepatnya pada 1833.
Lalu pada 1855, Pangeran Diponegoro dikabarkan meninggal dunia dalam pengasingan di Makassar. Setelah Pangeran Diponegoro wafat, istri dan anaknya memutuskan untuk tetap berada di Makassar.
Dengan keteguhan hati untuk tetap berjuang hingga akhir hayat inilah yang menjadi alasan Pangeran Diponegoro dijuluki Ksatria Piningit.
(Hafid Fuad)