JAKARTA - Pangeran Jayakarta dimakamkan di wilayah Jakarta Timur. Pada pintu gerbang makam tercantum tulisan bahwa lokasi itu adalah cagar budaya Pemda DKI.
"Mengenang Karya bakti Pangeran Jayakarta. Dipersembahkan kepada segenap putera-puteri Indonesia yang telah menegakkan kejayaan negara dan bangsa. 22 Juni 1968. Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Djakarta. Ali Sadikin, Madjend KKO." Demikian tulisan pada prasati tersebut.
BACA JUGA:
Pangeran Jayakarta, merupakan pendiri kota Jakarta. Pangeran Jayakarta berasal dari Banten, putra dari pangeran Sungerasa Jayawikarta, bernama asli pangeran Akhmad Jaketra.
Menurut Adolf Heukeun SJ dalam buku "Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta Jilid II," silsilah ini tidak sesuai dengan sumber-sumber sekunder lain karena sumber-sumber yang digunakan oleh hikayat mengandung banyak cerita dongeng.
“Memang banyak versi tentang Pangeran Jayakarta, saya kira ini perlu penelitian lebih mendalam lagi,” ujar Yahya A.S, Budayawan Betawi.
BACA JUGA:
Satu di antara versi cerita tutur dikisahkan, sekitar bulan Mei tahun 1619 di daerah Mangga Dua, pasukan Pangeran Jayakarta, berhadap-hadapan dengan tentara Pemerintah Hindia Belanda pimpinan Gubernur Jenderal Jan Pietersen Coen. Pertempuran sengit terjadi, dan pasukan Pangeran Jayakarta terdesak.
Pasukan Belanda mengepung dari arah Senen, Pelabuhan Sunda Kelapa dan Tanjung Priok. Karena terjepit Pangeran Jayakarta dan pasukannya bergerak mundur ke timur hingga daerah Sunter, lalu ke selatan. Sambil terus bergerak ke selatan, ketika itu Pangeran Jayakarta membuang jubahnya ke sebuah sumur tua.
Mengira Pangeran Jayakarta telah tewas ke dalam sumur tua itu, pasukan Belanda menghentikan pengejaran dan menimbun sumur itu dengan tanah. Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk kembali, Pangeran Jayakarta dan sisa pengikutnya meneruskan perjalanan terus ke selatan. Sampailah mereka ke sebuah hutan jati yang lebat.
Untuk sementara mereka beristirahat di tepi Kali Sunter yang membelah hutan itu yang kemudian dikenal masih bagian dari daerah Jatinegara.
Mereka lalu membangun basis pertahanannya di wilayah timur Jakarta itu. Pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara. Yang mempunyai arti : Jati = Setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati.
Mulai tahun 1620, Pangeran Jayakarta membangun sebuah masjid yang lokasinya berdekatan dengan Kali Sunter. Dahulu sebelum bernama Masjid As-Salafiyah, masjid ini dikenal dengan sebutan Masjid Pangeran Jayakarta.
Dalam perkembangannya, masjid ini rupanya digunakan oleh Pangeran Jayakarta untuk menggalang kekuatan kembali. Berpuluh-puluh tokoh masyarakat dan jawara serta ulama seringkali berkumpul di masjid ini menyusun strategi perjuangan dan dakwah Islam.
Pangeran Ahmad Jaketra ketika hijrah hidup sebagai rakyat biasa. Tidak mau membangun istana untuk merahasiakan identitasnya. Maklum sebagai orang yang ditakuti Belanda, dia selalu dikejar-kejar musuh bebuyutannya ini.