Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Tangan-Tangan Wanita Peracik Mesiu dan Amunisi Hasilkan Senjata untuk Pangeran Diponegoro di Perang Jawa

Nanda Aria , Jurnalis-Kamis, 02 November 2023 |05:02 WIB
Tangan-Tangan Wanita Peracik Mesiu dan Amunisi Hasilkan Senjata untuk Pangeran Diponegoro di Perang Jawa
Ilustrasi/Foto: Istimewa
A
A
A

 

JAKARTA - Pundi-pundi uang Belanda tersedot habis dalam Perang Jawa. Perlawanan sengit dan panjang yang digelorakan oleh Pangeran Diponegoro memaksa Belanda membongkar habis celengannya.

Namun, yang menarik untuk diperhatikan adalah sumber dana Pangeran Diponegoro dan laskarnya.

 BACA JUGA:

Pendanaan perang awalnya diambil dari dana para pangeran dan priyayi Yogya, yang menyumbang berbagai perhiasan. Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785 - 1855", mengungkapkan bahwa para pangeran dan priyayi ini menyumbangkan emas permata, uang, dan barang berharga lainnya.

Semua sumbangan ini dibawa ke medan perang oleh istri - istri dan putri - putri mereka, suatu sistem pembiayaan perang yang juga digunakan saat Revolusi Indonesia pada 1945 - 1949.

 BACA JUGA:

Tak cukup di situ, iring - iringan konvoi Belanda yang membawa logistik perang juga diserang dan hasil rampasan awal ini digunakan untuk membiayai pertempuran - pertempuran awal.

Banyak pengikut pangeran yang berkumpul di Gua Selarong telah siap berperang melengkapi dirinya dengan senjata - senjata tradisional seperti ketapel, gada, dan tombak yang terbuat dari bambu yang diruncingkan alias bambu runcing.

Mereka berdatangan ke Selarong mulai akhir Juli hingga awal Agustus untuk menerima perintah Diponegoro, dan setelah itu langsung pergi menempati pos-pos yang ditentukan bagi mereka. Pasukan Pangeran Diponegoro dibekali dengan senjata api, termasuk persenjataan dan meriam yang dirampas dari Belanda.

Tetapi di sisi lain, ada pasokan mesiu dan amunisi dari produk pabrikan lokal, seperti Samen dekat Bantul, Into - Into dekat Kali Progo, dan Dekso markas besar pangeran pertama di Kulon Progo.

Daerah-daerah itu merupakan penghasil peluru dan mesiu berkualitas, yang dikerjakan oleh wanita-wanita desa. Pusat industri senjata Kota Gede yang terkenal dengan pandai besi juga turut menyumbangkan keterampilannya untuk membuat peluru dan mesiu.

Tetapi pada umumnya keris adalah senjata yang paling utama dipakai melawan tentara Belanda. Dengan diikat di ujung bambu, senjata ini langsung berfungsi sebagai tombak untuk menjatuhkan serdadu kavaleri Belanda dari kuda, sebelum sempat mengisi mesiu ulang senjatanya.

 BACA JUGA:

Keris menjadi senjata utama yang juga dimanfaatkan masyarakat untuk bertani. Para petani ini dapat dengan mudah menyergap pasukan Belanda dengan keris yang mereka bawa.

Peralihan pekerjaan dari sawah ke medan peperangan menjadi hal yang begitu kesulitan dideteksi Belanda. Setelah penyergapan, mereka akan mencopot keris dari ujung bambu, menyimpannya kembali dan bergabung dengan masyarakat desa lain, melanjutkan identitas mereka sebagai petani biasa, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

(Nanda Aria)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement