Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Benarkah Amangkurat II Anak Gubernur Hindia Belanda yang Menyamar?

Solichan Arif , Jurnalis-Senin, 11 Desember 2023 |13:07 WIB
 Benarkah Amangkurat II Anak Gubernur Hindia Belanda yang Menyamar?
Amangkurat II (foto: wikipedia)
A
A
A

BLITAR - Amangkurat II (1677-1703) merupakan Raja Mataram Islam ke 5 yang memiliki julukan Sunan Amral. Amral merupakan cara lidah orang Jawa dalam mengucapkan kata admiral (laksamana), yakni pemimpin tertinggi dalam pasukan angkatan laut kerajaan Belanda.

Sebutan Sunan Amral merujuk pada kegemaran Amangkurat II yang memang suka mengenakan uniform atau seragam angkatan laut Belanda.

Gaya penampilan yang kebelanda-belandaan dalam memerintah membuat tingkat kepercayaan rakyat menjadi rendah. Kekuasaan Amangkurat II sebagai Raja Jawa dinilai sebagai ciptaan VOC Belanda.

“Bahkan pada tahun 1680 tersebar desas-desus di tengah rakyat Jawa bahwa Amangkurat II sesungguhnya bukanlah putra mahkota yang dulu, melainkan putra Speelman yang menyamar,” demikian dikutip dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 (2008).

Amangkurat II merupakan putra Amangkurat I yang menikah dengan Ratu Kulon. Bernama lahir Raden Mas Rahmat, sejak kecil Amangkurat II diasuh oleh Pangeran Pekik, kakeknya dari pihak ibu.

Sebab ibunya telah meninggal dunia sejak Amangkurat masih kecil. Saat menginjak remaja Amangkurat II pernah terlibat perselisihan hebat dengan Amangkurat I.

Ia menyukai Rara Oyi atau Roro Hoyi, selir ayahnya. Rara Oyi berhasil dimiliki namun hal itu membuat Amangkurat I murka. Pangeran Pekik yang diketahui berperan besar memuluskan hasrat cucunya, dibunuh.

Amangkurat II diampuni, namun syaratnya ia harus menghabisi Rara Oyi dengan tangannya sendiri. Syarat itu ia lakukan dengan hati yang pedih.

Amangkurat II berhasil naik tahta Mataram setelah dibantu oleh kekuatan VOC Belanda. Karenanya di awal pemerintahannya ia begitu tunduk pada kekuatan VOC.

Pada saat memerintah Mataram, Amangkurat II membangun keraton baru yang kemudian diberi nama Kartasura. Keraton Mataram yang berada di Plered tidak lagi ia tempati.

Keraton Plered yang sempat dikuasai Trunajaya itu ditempati oleh Pangeran Puger adiknya.

Isu Amangkurat II putra Cornelis Speelman yang menyamar mendorong Pangeran Puger menolak bergabung dengan Amangkurat II dan memilih kekuasaannya sendiri di keraton Plered.

Isu itu juga memantik kericuhan di tengah rakyat. Speelman merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1681-1684) yang banyak mendapat untung dari perjanjian antara VOC dengan Kerajaan Mataram.

Perang antara Pangeran Puger selaku penguasa keraton Plered dengan Amangkurat II yang bertempat di keraton Kartasura, tak terelakkan.

Perang berlangsung pada November 1680 dan dimenangkan Amangkurat II tepat setahun kemudian. Sementara itu hubungan Amangkurat II dengan VOC yang harmonis di awal, dalam perjalanannya berubah buruk.

Terutama setelah pemberontakan terhadap Mataram berhasil dipadamkan, Amangkurat II tidak lagi terlalu butuh bantuan pasukan VOC Belanda. Kondisi itu semakin parah sepeninggal Gubernur Jenderal Speelman, yakni meninggal dunia pada tahun 1684.

Namun untuk berperang terbuka dengan VOC Belanda, tetap tidak menguntungkan Mataram. Apalagi di internal kerajaan Mataram tengah muncul bibit-bibit perpecahan.

“Bagi Amangkurat II berperang melawan VOC tidak memiliki prospek menarik”.

Untuk mengatasi persoalan yang terjadi di kerajaan Amangkurat II sempat berusaha rujuk kembali dengan VOC Belanda. Ia ingin meminta bantuan Belanda.

Dalam pertemuan rahasia di Semarang pada tahun 1702, Amangkurat II mengirim utusan untuk menyampaikan keinginannya (rujuk), namun pihak VOC terlanjur tidak mempercayainya lagi.

Pada tahun 1703 Amangkurat II mangkat dan tahtanya digantikan oleh putranya, yakni Amangkurat III. Hingga kini desas-desus Amangkurat II merupakan putra Gubernur Jenderal Speelman yang menyamar tidak juga terjawab.

(Awaludin)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement