KERAJAAN Majapahit merupakan monarki terbesar dalam sejarah Indonesia, sekaligus kemaharajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara.
Tak hanya menguasai kepulauan di Indonesia, namun kekuasaan pemerintahan Majapahit kala itu terbentang hingga semenanjung Malaya dan Kepulauan Sulu Filipina.
Melihat fakta sejarah tersebut, tak heran jika Fakfak yang masuk wilayah Papua Barat juga tak luput dari kepemimpinan Hayam Wuruk. Fakfak juga dikenal sebagai Kota Tua, karena sejarah dan perjuangannya di masa kolonial. Selain itu kota ini dijuluki dengan kota pemerintahan dan Kota Pala karena komoditasnya.
BACA JUGA:
Bahkan kota ini juga disebutkan dalam kitab klasik Negarakertagama (1365 M) yang menyatakan sejumlah daerah yang terletak di bagian timur Indonesia yakni nama Wwanin, Sran dan Timur.
Wwanin menurut ahli Jawa Kuno adalah nama lain daerah Onin (Jazirah Onin) di Fakfak yang hingga kini menjadi kabupaten tertua di Papua.
Menurut Johszua Robert Mansoben dalam penelitiannya yang berjudul Sistem Politik Tradisional di Irian Jaya, jauh sebelum penegakan Pemerintah Kolonial Belanda di Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat di daerah pantai barat Papua terdapat beberapa daerah kerajaan pada awalnya di Semenanjung Onin.
Wilayah pantai Barat Papua terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu Kerajaan Rumbati, Kerajaan Fatagar, dan Kerajaan Atiati.
BACA JUGA:
Di mana kerajaan Fatagar merupakan Kerajaan Islam yang didirikan klan Uswanas yang berada di sebelah timur Distrik Fakfak, Papua Barat. Kerajaan atau Petuanan Fatagar ini memiliki wilayah adat di Distrik Fakfak dan Pariwari.
Terdapat dua asal muasal Kerajaan Fatagar, yang salah satunya menyatakan penguasa Ugar merupakan asal muasal leluhur Raja Fatagar.
Dalam publikasinya salah satu wilayah dalam pengaruh Kerajaan Majapahit adalah Onin yang dicatat sebagai Wwanin atau Wanin.
Ekspedisi pada tahun 1937 dilakukan, oleh Leo Frobenius menemukan adanya bukti permukiman di Ugar. Sehingga bisa dipastikan benar adanya penguasa di Ugar.
Berdasarkan publikasi tersebut juga disebutkan pula kisah penduduk lokal di antara Teluk Patipi dan Rumbati tentang ekspedisi Jawa pada abad ke-15.
Hal ini kemudian diperkuat oleh adanya penyebutan nama di Kitab Klasik Negarakertagama (1365 M), seperti berikut: