LOMBOK – Sukarelawan Ganjar-Mahfud wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar pelatihan budidaya manggot di Desa Kotaraja, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, NTB, Kamis (18/1/2024). Upaya membuka lapangan kerja itu sejalan dengan visi dan misi Ganjar-Mahfud.
Maggot yang dikenal sebagai serangga pemakan sampah, kini menjadi sumber peluang ekonomi yang menarik. Dengan modal kecil, masyarakat dapat terlibat dalam budidaya manggot, menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
"Pelatihan maggot ini sebagai salah satu terobosan untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Bisnis ini modal kecil untung besar," kata Koordinator sukarelawan Ganjar-Mahfud wilayah NTB, Erwin Hidayat.
Erwin mengatakan pelatihan ini tidak hanya memberikan pengetahuan teknis mengenai budidaya manggot, tetapi juga sebagai pintu akses bagi masyarakat untuk meraih keuntungan besar dengan investasi yang relatif kecil.
Selain itu, budidaya ternak maggot ini bisa menjadi cara untuk merawat lingkungan dari sampah organik yang menjadi masalah di masyarakat.
"Dengan adanya usaha maggot ini yang kita kembangkan di masyarakat, itu akan mengurangi sampah organik yang ada di Lombok Timur," ujarnya.
Erwin mengungkapkan pihaknya juga memberikan telur manggot dan alat pengembangan kepada masyarakat untuk budidaya maggot.
Sementara itu, peternak maggot sekaligus narasumber dalam kegiatan ini, Lalu Supratman mengatakan permintaan pasar untuk produk-produk hasil budidaya manggot sangat tinggi.
"Untuk mengatasi sampah organik. Terus permintaan pakan dari maggot untuk bahan pakan sangat tinggi, seperti untuk pakan ayam, lele, ikan, burung hingga bisa dipakai untuk pupuk organik," ucap Supratman.
Ia berharap inisiatif seperti ini tidak hanya menjadi solusi terhadap masalah sampah organik tetapi juga membuka pintu peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi lokal dengan modal yang terjangkau.
"Rata-rata panen 5 kg sampai 10 kg dijual per kg Rp7 ribu sampai Rp10 ribu. Tapi kalau kami olah lagi di open, bisa dijual Rp100 ribu per kg," ujarnya.
Masyarakat menunjukkan antusiasme yang tinggi. Mereka tidak hanya diberikan pengetahuan dan praktek langsung tentang teknik budidaya maggot.
"Saya tertarik untuk budidaya maggot ini karena nilai bisnisnya sangat tinggi, telurnya aja dijual bisa mahal, belum maggot kalau sudah siap jadi pakan," kata peserta pelatihan, Lalu Khaerul Waris (58).
(Qur'anul Hidayat)