Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kisah Perjuangan Masa Muda Jenderal Agus Subiyanto, Puasa Senin-Kamis Tak Ditinggalkan

Qur'anul Hidayat , Jurnalis-Jum'at, 26 Januari 2024 |08:04 WIB
Kisah Perjuangan Masa Muda Jenderal Agus Subiyanto, Puasa Senin-Kamis Tak Ditinggalkan
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto. (Foto: Dok Ist)
A
A
A

Anehnya, tak sedikit pun Agus menunduk atau memalingkan kepala saat serangan ke tubuhnya bertubi-tubi. “Kutatap dalam-dalam lelaki yang menuntaskan emosinya itu. Dalam hati saya marah dan saya bilang: lihat saja nanti kalau saya jadi tentara,” kenangnya.

Kejadian ini merupakan titik balik dan menjadi awal bagi Agus mempunyai tujuan hidup. Dia ingin jadi tentara. Tendangan seorang polisi militer membangkitkan memori kepada almarhum ayah berikut pesan-pesan yang diterimanya, lebih khusus soal dorongan untuk berdinas di ketentaraan. “Kamu nanti masuk Akabri saja, Gus,” ungkap Agus menirukan ayahnya.

“Bapak bahkan sering menyebut keinginannya itu di depan keluarga dan saudara saudaranya.”

Setelah kejadian tersebut Agus banyak merenung. Di antara enam bersaudara hanya dia yang sering diminta ayahnya menjadi prajurit TNI. Sesampai di rumah dia berwudu dan salat. Air matanya menetes, terkenang ayahnya. Dia makin menyadari hidupnya kini telah sendiri, persisnya harus mandiri.

Teman-temanya dulu rata-rata melanjutkan kuliah ke luar daerah. “Sementara saya apa? Uang pun tak punya. Jangankan mau kuliah, bermimpi kuliah saja tidak berani. Makan saja susah kok, mau kuliah,” keluhnya.

Nasib harus direbut, demikian yang ada di benak Agus yang mulai memantapkan diri untuk mendaftar ke Sekolah Calon Bintara (Secaba). Sayangnya gagal di tangan panitia penentu akhir (pantukhir). Di titik ini, siapa pun akan merasa semakin terpuruk. Tidak terkecuali Agus.

Dia kemudian mencoba melamar kerja menjadi sekuriti yang juga ditolak. Bahkan lamaran keja berbekal ijazah SMA yang dia kirim ke berbagai perusahaan, termasuk mal juga nihil. Tidak satu pun membuahkan hasil.

Nyatanya kegagalan beruntun tidak juga membuatnya menyerah. Menurut Agus, hanya takdir yang tak bisa berubah, tetapi nasib bisa diperjuangkan.

Selanjutnya Agus mulai mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Salat lima waktu tak pernah lagi dia tinggalkan, termasuk salat sunah seperti salat duha, tahajud berikut salat witirnya. Doa-doa terus dipanjatkan, meratap di hadapan Allah. Tak lupa dia juga berpuasa Senin-Kamis dengan rutin.

“Mendekatkan diri kepada Allah saya lakukan terus-menerus biar tenang. Hingga pada akhirnya ada informasi jika ada penerimaan di Akademi Militer atau Akmil,” tuturnya.

Agus kemudian mendaftarkan diri ke Akmil dan lulus pada 1991. Selepas itu kariernya cukup cemerlang hingga berbagai jabatan strategis diemban, di antaranya adalah komandan Paspampres (2020-2021), panglima Kodam III/Siliwangi (2020-2022). Lalu dia menjabat Wakasad, Kasad dan puncaknya menjadi Panglima TNI.

Agus Subiyanto bukanlah orang yang dalam pepatah disebutkan sebagai kacang yang lupa pada kulitnya. Dia kini banyak membantu warga desa.

Dia bangun lapangan bola, jembatan, masjid, dan barbagai fasilitas umum lain. Agus juga sedikit pun tak memiliki rasa canggung saat bertemu para sahabat kecilnya, sanak saudara, dan tetangganya.

Dengan kawan, warga, dan masyarakat Agus berbaur, tidak melebarkan jarak. Salat bersama, kadang makan di terminal bersama teman-teman sepermainan dulu. Bercanda dengan warga, menyusuri gang-gang sempit yang becek di kampungnya sudah biasa dia lakukan.

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement